Chapter 2 : Balapan dan taruhan

151 9 4
                                    

Sorakan terdengar riuh saling bersahut-sahutan seakan hal wajar dilakukan tengah malam. CMW, arena balap liar berbentuk sirkuit yang tak pernah senyap, justru keributan dianggap pelengkap. Mereka menganggap tengah malam adalah puncaknya keseruan.

"Beri tahu identitas leader Benthala."

Itulah kalimat yang memulai pertandingan panas di arena. Bukan hal baru lagi mereka mendengar permintaan itu, hanya saja sudah berbulan-bulan mereka tak mendengarnya. Sekarang pertanyaan itu kembali melayang menanyakan indentitas leader Benthala yang sebenarnya. Sejujurnya mereka sama penasarannya. Siapa pemimpin dibalik beringasnya Benthala, sekumpulan anak jalanan yang selalu merenggut barang-barang mewah untuk ditarik pulang. Jika boleh jujur, mereka berharap Benthala akan kalah dan membeberkan identitas leadernya.

Pekikan para gadis-gadis urakan menyadarkan mereka siapa yang lebih dulu menyentuh garis finish. Jelas, Benthala  pemenangnya.

"Selain nggak jago olahraga, Lo juga nggak jago balapan ya."

"Sombong banget lu, Hoon."

Sunghoon, pemuda berparas rupawan dengan alis tebal menyunggingkan senyumnya. Meremehkan lawannya yang kembali dia buat malu.

"Sampai kapanpun identitas leader kita tetap jadi rahasia. Bukannya leader Nabastala sekarang juga dirahasiakan??"

"Seenggaknya kalian mengenal siapa leader Nabastala."

Sunghoon tertawa remeh kembali memakai helm, "justru itu masalahnya. Kita nggak bakal biarin leader kita kena imbasnya kayak leader Nabastala."

Bugh

"MAKSUD LO APA??!!"

"Woe woe woe apa-apaan ini??"

"Ji-Sung!! Jangan cari gara-gara!!"

"ADA APAAN WOI?? KENAPA KENAPA??!!"

Sirkuit kembali dibuat heboh atas ulah pembalap Nabastala yang tiba-tiba menyerang. Sunghoon sendiri hanya melirik helm fullface miliknya yang terpelanting cukup jauh akibat pukulan Ji-Sung.

"Tau apa Lo tentang leader kita?! Kalian cuma orang asing!!" bentaknya berapi-api.

Anggota Nabastala mendekat dan bergerombol dibelakang Ji-Sung. Menanyakan gerangan yang membuat anggota termuda mereka sampai naik pitam.

Sunghoon sendiri memilih turun dari motornya, berdiri menjulang dihadapan Ji-Sung yang kelabakan mengatur napasnya. Dengan tatapan dingin yang sering kali mengintimidasi lawan, mata itu menyorot telak pada netra Ji-Sung yang masih berkobar amarah.

"Bukan kah leader Nabastala memang menjadi korban akibat identitas nya yang bocor? Kenapa harus marah-marah?"

"Hoon, jangan mulai!"

Peringatan dari pemuda blasteran dengan headband "Jay" dibelakang sana tak dia hiraukan sama sekali. Tatapannya masih menusuk. Membunuh siapapun yang nekat menatapnya.

"Kesalahan fatal karena ulah kalian sendiri. Tidak kah kalian merasa bersalah? Dia sudah mengorbankan banyak hal, termasuk nyawanya sendiri. Ah, bagaimana kabarnya sekarang? Sekarat atau .. sudah mati?"

"Bangsat!"

Kali ini tak hanya Ji-Sung yang merasa mendidih, anggota Nabastala terlebih anggota inti jauh lebih merasa lebih mendidih dibuatnya. Jeno, sang panglima tempur yang memiliki tubuh kekar meringsek ke depan, mencengkeram krah leather jacket yang dikenakan Sunghoon.

"Lo mau cari mati?" bisiknya penuh tekanan. Menahan segala bentuk amarah yang meluap-luap.

Anggota Benthala sudah memperingati dari belakang, tak ingin ikut campur lebih jauh. Sementara Sunghoon sendiri malah tersenyum tipis telak mendapat cibiran dari pendukung Nabastala.

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang