Chapter 27 : Jalur yang berbeda

15 3 0
                                    

Barisan pelayat berbaju hitam berbondong-bondong menghantarkan jasad yang telah berpulang. Pemakaman umum itu sangat luas tetapi rasanya begitu sempit sebab banyaknya orang yang berduka hari ini. Air mata silih berjatuhan berisyarat sendu akan kepergian. Begitu jasad nya terkubur, tangis mereka semakin menjadi-jadi. Dia benar-benar pergi. Menyatu dengan tanah, tempat seharusnya ia kembali. Dengan papan nisan terukir namanya di dunia, Lee Heeseung dipasang diatas kubur sembari ditaburi bunga duka. Doa tak henti-hentinya mereka panjat kan berharap sosoknya tenang di alam seterusnya. Tetap mengenang sosoknya yang sering kali didamba.

Jay mengerjapkan netranya berharap sebulir air mata tidak luruh dan menjadi tangisan pilu. Bukti bahwa dirinya kehilangan begitu dalam. Lee Heeseung, sosok panutannya, ketua OSIS yang ia hormati, penyusun strategi terhebat yang pernah ia temui. Kini terbujur kaku dibawah nisan yang berdiri tegak. Sungguh ironi, bisa-bisanya nisan itu berdiri seolah mengejeknya yang tak mampu bangkit. Kakinya lemas diujung makam. Dia sendiri melihat saat-saat terakhir sosoknya sebelum menyatu dengan tanah. Kalimat terakhirnya pun tetap terngiang di kepalanya.

"Aku telah bebas."

Jay menyembunyikan wajahnya pada lipatan lengan dan kaki. Menangis sejadi-jadinya melepaskan kebebasan yang dari dulu dia dambakan. Bebas, tetapi tidak kehilangan juga. Seharusnya mereka bebas bersama-sama bukan kekurangan satu personil seperti saat ini. Sunghoon dan Niki merangkul Jay dari belakang. Sama, mereka sama-sama terluka. Bila hati dapat berbicara mungkin dia sudah menjerit kesakitan daripada bibir yang membisu kelu.

Nabastala saling menundukkan kepalanya, memberi penghormatan kepada sosok hebat seperti Lee Heeseung. Turut kehilangan meski keduanya tak pernah saling memiliki. Turut terluka kendati tak ada yang luka disana.

"Jujur saja, dia yang paling gue segani di Benthala, dia udah kayak kartu As. Nggak nyangka dia bakal pergi secepat ini, dengan cara seperti ini."

"Kalau bukan joker, dia seharusnya tidak bisa dikalahkan semudah itu kan."

Isak tangis secara tak langsung saling berbicara, menantang kepergiannya. Ini memang takdir milik semesta. Diluar rencana Nabastala, batas misi kedamaian mereka.

|••••|

Sorenya mereka kembali ke asrama putra menengok Jake dan beberapa anggota Benthala yang terluka. Berkat kejadian kemarin, Berdikari tidak berani menutup diri lebih lama lagi. Membolehkan kunjungan asing meski hanya sebentar demi menjamin keselamatan murid-muridnya. Tidak masalah, selagi mereka tidak mencari tahu dimana tumbal pondasi Berdikari berada. Bagi Adam itu kisah lama lagi pula dia tidak pernah memakan korban lagi. Cukup dia sendiri yang menyimpan rahasia itu atau mungkin bersama Lalita.

"Kok kalian pada pake baju hitam-hitam gitu?" heran Jake. Padahal hanya beberapa saja yang memakai, Benthala hampir semuanya memakai jaket untuk menutupi baju ziarah nya. Akan tetapi dari SMK Surya yang dipimpin Raja tak memakai jaket untuk menutupi, bahkan ada yang memakai baju koko warna putih.

"Eee ini kita habis .." Haechan melirik kawan-kawannya yang membisu.

"Habis tawuran ya?"

"Hah tawuran? OH! iya iya kita habis tawuran, kok Lo tahu sih?"

Jake terdiam ditempat tidurnya. Menuntut tanya pada Haechan karena yang lain lebih memilih mengalihkan pandangannya bahkan mereka terang-terangan keluar ruangan. Sengaja menghindari pertanyaannya.

"Iya iya kita habis ngelayat."

Kedua mata Jake melebar, "siapa yang meninggal?" Seluruh pemikiran negatif melayang dalam pikirnya.

"Alah Lo nggak mungkin kenal. Orang luar sih."

"Oh? Gue nggak kenal ya?"

" .. kayaknya."

Jake mengangguk mengerti. Meraih gelas berisi jus apel yang telah memerah tanda telah lama berada disana. Kemudian dia meneguknya perlahan sebelum tersedak seratnya.

"Gue kok nggak lihat Heeseung dari kemarin? Apa dia marah sama gue?"

"Heeseung? Siapa itu? Nggak kenal gue."

Terlalu cepat. Haechan tak berani mengutarakan niat baiknya untuk memberi kabar duka. Atau itu bukan termasuk niat baik. Kabar duka yang mereka bawa terlalu mendadak, mengejutkan juga mengherankan. Apapun itu untuk mendeskripsikan yang jelas kematian Heeseung masih sulit untuk diterima. Bagi jiwa yang ditinggalkan tanpa pamit terutama.

Benthala lebih memilih bungkam, tentang Jake yang sudah membaik pun tidak merubah keputusan mereka. Benthala tak ada lagi pemimpin dan tak ada yang berani memimpin. Hidup mereka terpecah antara tetap dibawah naungan Benthala atau memisahkan diri. Setelah semua ancaman dan kekerasan yang berlaku, sedikit dari mereka yang memilih tinggal. Kebebasan adalah tujuan, melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang ketakutan adalah impian. Kepergian Heeseung benar-benar menjadi awal mula perpecahan mereka.

Jake terdiam menatap peraduan di pagi hari. Ini sudah Minggu ke-dua setelah kepulangannya dari rumah sakit. Kondisi fisiknya semakin membaik begitu pula kesehatan mentalnya. Dia kembali sekolah seperti biasa, berkumpul dengan teman-teman yang lain seperti biasa. Yang berbeda hanyalah kecanggungan yang kerap kali menelusup diam-diam. Membawa ingatan Jake ke masa lalu untuk kembali mengulang kejadian janggal yang belum terselesaikan.

Namun, hal apa demikian?

Kekosongan macam apa, kecanggungan memuakkan dari mana dan hal besar apa yang telah dia lewatkan beberapa hari ini?

Mereka masih bersama, kadang berkumpul kadang memisah. Namun tujuan mereka tak lagi sama. Mereka telah lama tak sejalur dan Jake berharap setidaknya dia mengerti berada di jalur mana.

"Jake, sepulang sekolah ada rapat OSIS."

"Kenapa harus rapat sekarang? Heeseung saja baru ke luar kota, siapa yang memimpin rapat kalau dia saja pergi?"

Angel bergeming, benar juga, Jake masih hidup dalam kebohongan. Malangnya sore ini juga kebohongan mereka akan berakhir dan Jake akan mengetahui keberadaan nya. Sejurus kemudian Angel tersenyum getir, "tentu saja aku!"

|••••|

Omaygat feel nya kurang banget sih ini. Maapin yak nanti aku coba revisi lagi. Lagi ngebet banget pengen namatin cerita ini cepet-cepet soalnya.

Langsung up double ya

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang