Chapter 28 : Lee Heeseung

17 3 0
                                    

"Dia ada disini."

Waktu itu tepat 3 hari setelah perang mereka nyatakan usai. Kondisi Heeseung semakin memburuk dan sempat dilarikan ke ICU sebelum dinyatakan telah berpulang. Hanya ada Jay, Shani, Lita dan pak Adam yang berjaga. Sisanya mengurus keperluan untuk membersihkan Jake dari kutukan. Pak Adam pun sudah bersiap sebelum Elektrokardiogram (EKG) milik Heeseung memekik nyaring dan menggegerkan para staff medis yang berjaga.

Semua terjadi begitu cepat. Heeseung benar-benar pergi tanpa mengucap sepatah kata, tanpa pamit, tanpa nasihat, tanpa ucapan selamat tinggal. Sosoknya hanya terbaring kaku dengan netra senantiasa terpejam berisyarat lemah. Tak mampu untuk sekedar membuka mata, setidaknya untuk menyapa tempat terakhirnya.

Jay merosot kebawah, benar-benar tak menyangka akan kepergiannya. Jadi, begitu dokter keluar ruangan, Jay bangkit menyerangnya. Mencerca dengan kalimat-kalimat bodoh yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Namun dia tidak peduli, selagi kepalan tangannya belum mengenai sosok dalam cengkeramannya atau belum merusak properti disekitarnya. Jay tidak benar-benar peduli sebelum sosok itu memberi penjelasan masuk akal yang dapat diterima otaknya.

"Saudara Heeseung poin utamanya hematorax. Meski sudah kita tangani, aktifitas yang dilakukan sebelumnya cukup berat dan kurang beristirahat. Jumlah hemoglobin nya juga rendah. Akibatnya, dehidrasi akut bercampur anemia menjadi syok hipovolemik. Kondisi dimana jantung tidak mendapatkan darah yang cukup untuk dialirkan ke seluruh tubuh hingga kehilangan fungsinya. Kami sudah memberikan Epinephrine tetapi pasien keburu tidak tertolong." Dokter muda disana menggelengkan kepalanya.

"Hanya ini saja yang bisa kami lakukan. Semua jiwa akan kembali padanya. Percayalah," ungkapnya sebelum memberi dua tepukan penyemangat pada bahu Jay.

Setelahnya keluarga Heeseung tiba dan mengambil alih keadaan. Pak Adam memberi ruang pada keluarga sebelum mereka kembali ke sekolah untuk menyaksikan pembersihan Jake. Sementara Jungwon bersama Sunoo menghadiri persidangan Naresh sebagai tersangka.

Hari itu hari Rabu, hari yang paling biasa saja untuk Niki. Hanya saja Rabu kali ini menjadi hari yang paling banyak menjadi saksi. Dia berani berkata demikian setelah Jay berbisik serak dibelakangnya dan Sunghoon. Siang itu mereka masih bertahan untuk tidak meneteskan air mata. Tetap melangkah seolah itu bukan hal besar yang mempengaruhi kehidupannya. Namun nyatanya mereka tak sanggup berpura-pura lebih lama. Tubuh itu terjatuh, bersimpuh di depan kamar jenazah yang tertutup rapat. Pemakaman ditunda sebab cuaca yang tak mendukung. Tapi sebab itulah mereka dapat berada disini. Setidaknya untuk mengucap salam selamat tinggal sebagai formalitas.

"Dia ada disini."

Tiga kata yang mampu membekukan setiap orang yang berada disana. Pernyataan yang lebih menyerupai bisikan itu berasal dari Lalita. Sorot matanya melirik pada jendela rawat inap di seberang ruangan. Karena kondisi hujan angin diluar, lorong itu terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Sepi, meski jumlah mereka lebih dari sepuluh.

"Dia bilang, ada banyak yang pengen diomongin." Gadis itu menunduk membuat rambut sebahunya turun menutupi sebagian wajahnya, "aku akan izinkan dia masuk, kalian bicara ya."

"Kenapa jadi horor begini sih, Cil lu jangan aneh-aneh." Clara sudah merapat pada Angel.

"Kenapa ini, ada apa?" tanya Sunghoon bingung.

Tak ada yang menanggapi sebelum tubuh Lita berbalik menghadap mereka dengan kepala yang masih tertunduk. Sesekali kepalanya berputar kesana kemari dengan netra terpejam.

"Aku ingin berterima kasih sama kalian. Berkat kalian, Benthala telah bebas. Aku telah bebas. Aku senang sekali."

Suara itu, nada dan cara bicaranya.

"Heeseung!" pekik Jay terdahulu. Para laki-laki merasa tercekik dengan bulu kuduk merinding disco.

"Benar, ini aku."

Heeseung mengutarakan pernyataan tentang Benthala. Siapa Jake juga ancaman yang diberikan. Heeseung berharap Jake tidak mendapat kebencian dari pihak manapun, kendati Jake yang memimpin Benthala untuk memberi ancaman Jake sendiri pun hidup dalam ketakutan dan penuh ancaman. Meski kepergiannya berawal dari penyerangan Jake padanya saat diperpus atau saat tubuh lemahnya diseret menuju gedung lantai 5. Niat buruk Jake yang ingin berbagi kutukan padanya pun, dianggap lalu baginya. Yang paling penting mereka sekarang telah bebas. Jika mereka bebas Jake pun harus bebas.

"Tapi dia yang nyuruh kita saling menyakiti. Dia yang udah sakiti keluarga kita. Dia juga yang udah pisahin kita sama keluarga kita satu-satunya." Niki berpaling setelah mengatakan.

"Dia juga patut diasingkan."

"Jangan Niki. Jake sama dengan kita, hanya pangkatnya yang membedakan. Dia pun dipaksa dan diancam selama ini."

Meski begitu Niki tetap menganggap Jake lah yang membuat petaka itu ada. Andai sejak awal Jake tidak berpura-pura menjadi anggota yang sama lemah dan tidak berdayanya. Apa memang sejak awal niatnya memang hanya untuk bersembunyi? Takut dicerca dan dimintai tanggung jawab pada keluarga mereka yang ditawan.

"Egois. DIA ORANG PALING EGOIS YANG PERNAH GUE TEMUI."

Heeseung yang berada dalam tubuh Lalita mengernyitkan keningnya sedih. Terlebih saat sebagian anggota Benthala memilih ikut pergi bersama Niki menjauhi ruang jenazah tempat jasadnya berada. Yang tersisa disana hanya Jay dan Sunghoon. Shani, Angel, Clara dan Jingga termasuk orang luar yang Heeseung berani bertaruh mereka lebih menghawatirkan tubuh yang tengah ia pinjam.

Kemudian dia tersentak teringat sesuatu, sosok itu berbalik menatap Angel yang tengah dilendoti Clara. Senyumannya terbit membuat Clara memekik.

"OSIS telah kehilangan ketuanya. Hanya kaulah yang pantas menyandang gelar ketua, Angel."

Setelah itu tubuh Lita ambruk disusul pekikan Clara yang kedua. Jay langsung membantu gadis-gadis itu sebisanya. Begitu pula Sunghoon yang menyusul setelah termenung. Sementara Angel masih termenung dengan kalimat terakhir sosok Heeseung. Teringat pemilu OSIS yang sengit setengah tahun  lalu meski tetap dimenangkan oleh Heeseung. Dia pernah merasa kesal bahkan sampai sekarang rasanya kesal itu masih ada. Angel tidak menyangka kesempatan menjadi ketua OSIS akan terlaksana meski dengan mengantikan sosok yang telah berpulang.

|••••|

Untuk istilah-istilah medis yang aku pake disini nggak ada jaminan akurat yw wkwk tapi yang muncul disini udah aku pastiin kebenarannya. Pengennya malam ini juga aku tamatin, mungkin 2 chapter lagi, biar genap 30 chapter hh. Wait ya. Thx u~

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang