Chapter 22 : Mencari kepastian

20 4 0
                                    

"Cepat Sunoo, mereka sudah mulai berkelahi."

"Gue udah berusaha cepat. Jangan sampai kita duluan yang babak belur waktu sampai sana nanti, ya."

Mobil yang mereka kendarai memang melaju cukup cepat namun lajunya tak lebih dari 70 km/jam. Mereka mantan pembalap di arena tentu saja kecepatan tersebut tidak ada apa-apanya. Masalahnya jalan yang mereka lalui adalah hutan, tak jarang mereka dikejutkan dengan hewan-hewan yang melintas meski jalanan sudah gelap.

"Kenapa mereka berkeliaran? Harusnya jam segini mereka sudah tidur," gerutu Sunoo setelah mengerem mendadak.

Jungwon gelisah dalam duduknya. Masih berusaha menghubungi orang-orang kepercayaannya. Jay, Heeseung, Niki dan terakhir Sunghoon. Ada satu nomor lagi yang belum dia hubungi.

"Lo yakin orang itu kak Jake?"

Sunoo berdecak, "sudah kita buktikan tadi. Nama Jake terus tertulis di buku tadi."

"Terus kenapa kak Heeseung yang selama ini terlihat mencurigakan?"

"Alibi. Kak Jake yang sering bersama Kak Heeseung berhasil berkamuflase sebagai orang polos yang tak tahu apa-apa. Malah kak Heeseung yang sering mimpin kita kan. Dia yang nyuruh gue jadi penyusup dan mencuri dengar ke markas Nabastala sedangkan elo, disuruh nyamar ke pihak mereka kan?"

"Benar. Selama ini kita mencurigai Heeseung padahal yang busuk disini adalah Jake. Kita terlalu terbiasa melihat Jake menyuruh-nyuruh Heeseung sampai kita tidak curiga dialah dalang dibalik kehancuran kita."

Tanpa sadar napasnya memburu, sepasang iris matanya memerah dan memanas. "Kakak perempuan ku hancur, dihancurkan oleh mereka. Dia terluka, dia trauma. Luka  miliknya benar-benar kejam dan sampai kapanpun masih terus membekas, tidak akan ku maafkan si brengsek itu."

Sunoo terdiam membisu, dia juga memiliki kakak perempuan jika kakaknya mendapat perlakuan kejam seperti kakak Jungwon dia bersumpah akan membalaskan dendamnya sampai tuntas. Mobil mereka berbelok kejalan yang lebih luas, mereka telah keluar hutan. Kecepatannya bertambah seiring sepinya jalanan yang dilintasi. Ada dendam yang menuntun mereka bergerak lebih cepat.

|••••|

Lita terkulai lemas di tanah lapang, surai sepundaknya berjatuhan menutup wajah mungilnya. Clara dan Angel berusaha menahan tubuh anak itu. Sebenarnya mereka sendiri pun tengah megap-megap kehabisan nafas setelah menuruni 5 lantai menggunakan anak tangga.

"Disana, arah asrama putra." Tubuh gadis itu kembali berlari meninggalkan dunia rekannya.

"Lita, tungguin woi."

Hampir saja mereka ikut berlari sebelum sosok Jingga berlari dari kejauhan menyerukan nama mereka. Tak jauh berbeda dengan mereka baju yang dipakai Jingga pun basah kuyup oleh keringat. Rambutnya di kuncir asal-asalan terlihat berantakan dan menyebalkan disaat yang bersamaan.

"Kalian sudah tahu--?" tanyanya membuka topik.

"IYA IYA, pokoknya kejar dulu si Lita. Bocah itu mulai lagi," pekik Clara khawatir. Lita adalah sepupu yang dititipkan padanya gawat kalau terjadi sesuatu yang tidak-tidak.

Angel berlari terlebih dahulu memimpin mereka mengejar sosok Lita yang melesat jauh di depan. Clara terengah-engah berusaha tetap bernafas, "dari mana aja Lo?"

"Gue nyari Jake. Si pemilik permata kayangan Benthala," sahutnya.

Dengan napas tersendat-sendat Clara masih juga penasaran, "haah haah, apa itu?"

"Sudahlah nanti saja." Smartwatch milik Jingga menyala merah dengan denah lokasi yang semakin dekat. "Gawat, Lita bisa jadi korban selanjutnya kalo gini. Kita harus menghentikannya."

"Haah haah minimal nafas dulu nggak sih."

|••••|

Sunghoon menatap heran pada gadis-gadis baru milik Benthala yang berlari pontang-panting. Rupanya bukan hanya dirinya yang keheranan namun Mark dan Haechan pun dibuat sama bingungnya. Hanya Niki yang nampak santai sebab tahu, Jingga telah menemukan sesuatu. Pasti gadis itu bisa diandalkan.

Mark mendongak, menatap rooftoof asrama putra. Ada sekelebat bayangan putih disana. Mengabaikan panggil Haechan dia ikut berlari mengikuti gadis-gadis yang berlari terlebih dulu. Tak ada pilihan lain, maka Haechan dan Niki turut berlari bersama. Terakhir, Sunghoon masih betah berdiri ditengah taman. Melamun panjang sebelum ikut melangkah pelan memilih berjalan daripada berlari 'toh dia terlambat pun semesta tetap berputar. Untuk apa lari cepat-cepat.

TIN
TIN
TIN

"Sunghoon!" Itu Sunoo dan Jungwon. Ditengah kekacauan ini mereka malah melajukan mobil ke taman. Melindas rumput mahal yang dirawat seperti anak sendiri juga meninggalkan tanah basah yang merusak estetika.

"Pathetic."

"Dimana yang lain, Sunghoon? Apa mereka bertarung di gerbang belakang?"

Mereka lewat gerbang samping tadi, tak mau mengambil resiko bertarung dalam kondisi belum bersiap. Lagi pula, sejak awal mereka ada di pihak Nabastala tidak mungkin mereka bergabung bersama Benthala untuk menyerang mereka begitu pun sebaliknya.

"Mungkin. Sekarang ada lagi yang lebih menarik daripada mereka."

"Apa?"

"Permata kayangan maksud mu?"

Pemuda berparas pucat itu mengangguk kecil, menunjuk bangunan besar dari samping. Dimana tangga menuju rooftoof disana tengah didaki oleh kawan-kawan mereka. Sontak Sunoo dan Jungwon berlari menyusul. Menyisakan pemuda Park yang kembali dibuat keheranan, "orang-orang kenapa hobi sekali berlari."

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang