Chapter 19 : Malam telah tiba

23 3 0
                                    

Untuk yang pertama kalinya SMK Surya terang-terangan meminta siswa-siswa disana untuk ikut berkontribusi dalam aliansi. Taeyong atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raja benar-benar memimpin pasukannya bagai prajurit yang siap berperang. Meski dia sendiri meragu akan pertempuran tak masuk akal dari Nabastala dan Benthala. Satu hal yang pasti Benthala harus segera ditaklukkan sebelum memakan korban lainnya. Kabar buruk tentang cederanya leader Nabastala sudah sampai ke telinganya. Tak ada kata lain selain, "kejam," yang keluar dari bibirnya.

Mereka adalah anak-anak urakan yang sering kali menyusahkan masyarakat, tetapi tak pernah sekalipun mereka melukai dan memberi trauma begitu besar pada orang lain. Bahkan pada musuh mereka sendiri, rasanya terlalu kejam jika sampai menghilangkan nyawa.

"Leader Benthala bukan salah satu dari mereka. Sikap ganas mereka dikendalikan oleh orang ini, orang yang dikabarkan membawa permata kayangan. Persetan dengan posisinya, orang ini adalah kunci dari kekerasan yang selalu terjadi. Misi kita menangkapnya hidup-hidup untuk mengetahui hal gila apa yang sebenarnya dia inginkan."

Taeyong mengikat kuat headband, memantapkan diri sembari menatap mentari yang mulai tertelan. Persiapan mereka telah selesai. Kini mereka hanya harus datang ketika sinyal kecemasan diantar oleh Nabastala.

Ditengah keributan yang dia buat segerombolan remaja bermotor menghentikan lajunya. Menarik-narik tuas hingga suara mereka terdengar seperti sebuah ajakan. "Siapa kalian?" tanyanya tak suka.

"Kami juga bagian dari aliansi. Salam perkenalan, Raja!"

|••••|

Derap langkah Angel menggema di lorong asrama putri, tangannya terkepal erat disamping tubuh. Sepasang maniknya berembun ditambah ikatan rambutnya hampir terlepas membuatnya nampak berantakan. Kakinya dibawa berlari menapaki anak tangga dengan gigi bergemerlatuk. Dia marah, kecewa juga perasaan tak nyaman yang tak tahu bernama apa.

BRAK

Pintu rooftoof terbuka kasar, Lita dan Clara yang tengah berbincang tersentak dibuatnya. Sosok Angel yang dibilang tak baik-baik saja membuat mereka keheranan bercampur resah.

"Kenapa kalian bergabung dengan Benthala?" bentaknya tanpa basa-basi.

Lita mengerjap cemas, benar dugaannya cepat atau lambat Angel akan menyadari nya. Sedangkan Clara langsung mendekati gadis itu, "Lo, ngapin sih, Ngel? Bikin kaget tau nggak?"

"Kalian yang bikin gue kaget! Mana janji kalian yang nggak akan berurusan sama Benthala hah? MANA GUE TANYA!"

"Angel .. jangan marah." Lita berkaca-kaca masih bertahan ditempatnya daripada menghampiri Angel seperti yang dilakukan Clara.

"Mana Shani? Nggak mungkin dia juga ikut bersekongkol kayak kalian kan."

"Angel, Lo tenang dulu semua terjadi dengan alasan. Lo nggak bisa berpikir sepihak buat salahin kita."

"Sepihak Lo bilang?" Sepasang matanya kembali berembun menahan amarah yang ingin meluap-luap. "Benthala bukan geng baik untuk Berdikari. Mereka terus berusaha menghancurkan reputasi Berdikari, sejak dulu sampai sekarang. Kalian sendiri juga tahu kan Berdikari adalah sekolah yang susah payah dibangun oleh ayahnya Shani, pak Adam, paman gue sendiri. Gue, Shani, kalian, bukanya kita udah janji bakal jaga reputasi Berdikari dari dalam? Dengan prestasi kita, dengan sikap kita, dengan apapun itu--!"

"Maka dari itu, Ngel!" Clara memegang pundak Angel, berusaha memberi pengertian. "Kita bergabung karena kita ingin menjaga reputasi Berdikari. Ini demi Berdikari, demi ayahnya Shani, demi paman elo, demi kita semua."

"Apa yang bisa kalian jaga bersama orang-orang yang ingin menghancurkan disaat yang bersamaan?"

"Lo nggak tau apa-apa, Ngel. Soal mereka yang terpaksa bergabung karena keluarga mereka diancam, nyawa mereka yang jadi taruhan bahkan masa depan mereka yang dihancurkan. Lo nggak tahu kan Ngel?"

Angel terdiam tak percaya menatap mata bulat Clara yang berusaha bercerita. Tentu saja Angel tak berpikir sejauh itu, baginya mereka hanya anak-anak yang tidak terikat peraturan sehingga bergabung menjadi sekelompok orang yang tak beraturan pula.

"Mereka harus kita bebaskan, Ngel. Mereka manusia yang punya hak asasi. Kita nggak bisa biarin ini kan?"

"Gue harus percaya sama yang Lo omongin?" Namun Angel masih pada pendiriannya.

"Oke kalo Lo nggak percaya sama gue. Ada yang bawa bukti disini." Clara menoleh pada sosok Lita yang berdiri agak jauh dari mereka. Perbatasan tempat mereka berbincang sedari awal. "Lo nggak lupa kan, Lita bisa lihat kilas balik masa lalu?"

"Lita?" bisik Angel menghampiri adik kelas mereka.

"Angel, Lita lihat. Lita lihat semuanya, kesedihan mereka, trauma mereka. Mereka semua dipaksa sejalan sama Benthala." Gadis mungil itu menitikkan air mata tak kuasa mengingat kebejatan sang pemimpin Benthala.

"Kita harus menghentikan pemimpin mereka sebelum ada yang di tumbal kan lagi."

"Tumbal--?"

"Wawawa"

Kebisingan tiba-tiba yang menyerbu membuat mereka refleks menoleh pada lahan luas dibelakang asrama mereka. Orang-orang asing yang menyerukan atas nama leader Benthala juga Benthala yang terpancing amarah dan membentuk pasukan penyerangan tanpa persiapan. Ditengah pertempuran itu Clara memekik, "Shani! Ya ampun itu Shani, kenapa dia ikut berantem?"

Sosok Shani memang tengah ikut berperang dibawah sana bersama Jay dia berdiri digaris terdepan. Tidak ada yang memberinya tahu bahwa niat Nabastala menyerang untuk kebaikan. Yang ada dipikiran gadis itu pasti ingin melindungi Berdikari dari serangan musuh.

"Kita harus kasih tahu dia."

"Mana Jingga? Jangan bilang dia juga ikut-ikutan?"

Langkah mereka berderap menuruni anak tangga. Angel meriang dibuatnya. Penjelasan singkat mereka belum sepenuhnya dimengerti namun yang jelas mereka harus memastikan kedamaian datang pada Berdikari.

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang