Chapter 20 : Misi kedamaian

18 3 0
                                    

Jingga berlari tunggang langgang membuka pintu ruang OSIS lalu menutupnya kembali saat sosok yang ingin dia temui tidak berada disana. Langkahnya kembali melaju saat menangkap siluet tak asing yang juga tengah berlari menuju tanah lapang.

"NIKI?!" panggil nya melenggegar. Karnaval telah selesai menyisakan pesta kecil-kecilan disuguhi karaoke bebas bagi yang berminat. Speaker yang menyala berdentum-dentum mengalunkan irama. Suara nya hampir tersaingi meski posisinya berada cukup jauh dari lokasi karnaval.

Setelah langkahnya menyamai pemuda itu barulah dia melanjutkan, "apa yang kau temukan?"

"Heeseung pingsan di perpustakaan. Sekarang dia ada di UKS." Langkah mereka terus terpacu menuju seberang lapangan. "Kau benar, pemilik permata kayangan itu bukan Heeseung. Cepat, berpencar, kita cari orang itu sebelum kembali berulah."

"Oke." Keduanya berpisah di lorong-lorong ruang kelas tambahan. Mereka sudah berkeliling kelas sebelumnya. Sampai Niki menemukan tubuh Heeseung yang penuh lebam terkapar di perpustakaan.

Kaki panjang Niki melangkah begitu gesit, membuka pintu satu persatu dengan kecepatan cahaya. "Dimana .. dimana .. dimana kau?"

"Ey Niki?"

Rem dikakinya hampir meleset dan menubruk tembok kala pemuda berkulit pucat tiba-tiba berseru. Sunghoon, pemuda itu terheran-heran dengan tingkah Niki sedari dia keluar dari klub tambahan untuk mengambil vape milik Jay yang tertinggal. Mereka sempat bertemu tadi.

"Apa yang Lo lakuin?"

"Lo ngapin disini?"

"Gue duluan ya yang nanya."

Lengan milik Sunghoon ditarik kasar sebelum kembali berlari. "Oi apa Lo lakuin, ha?"

" .. sebenarnya ada yang lebih mencurigakan daripada Heeseung."

"Siapa?"

Kedua alis Jingga terangkat naik, "Jake."

Heeseung yang selalu dicurigai karena bergabung dengan OSIS meski dia adalah anggota inti selalu menjadi kontroversi. Tingkah Heeseung yang selalu memimpin Benthala, penyampai pesan dari leader, pun tingkah santainya saat ditegur oleh Pak Adam. Pantas jika Heeseung dicurigai, tetapi mereka lupa ada sosok lain yang selalu bersama Heeseung kemana pun, sosok yang lebih mengatur diatas Heeseung. Sosok itu tak lain adalah Jake.

|••••|

Benthala benar-benar definisi liar yang sesungguhnya. Padahal Jaemin sudah memastikan kelengahan mereka, tapi tetap saja formasi Benthala tersusun begitu apik seolah telah dipersiapkan sejak lama. Formasi huruf M berhasil menahan puluhan serangan dari Nabastala. Diposisi sayap kanan dipimpin oleh Jay, melawan pasukan SMK Rendang yang diketuai oleh Kun. Lain halnya dengan sayap kiri yang dipimpin oleh Shani melawan SMK Surya.

"Dia tidak disana. Mark, pergilah ke asrama putra disisi kanan, sinyalnya mengarah kuat disana."

"Bagaimana caranya, mereka benar-benar bebal."

"Menyingkir lah bodoh! Kita hanya ingin bertemu dengan leader Benthala," seru Haechan setelah kembali dihadang pasukan tengah.

Sejauh ini mereka berdua berada diposisi terdepan dimana pasukan tengah cukup kewalahan. Jeno meringsek ke depan menahan pukulan yang hendak dilayangkan pada Mark. Disisi kirinya Ji-Sung memberi tendangan pada penyerang Haechan.

"Kalian berdua pergilah, biar gue bantu bukain jalan."

Mark dan Haechan mengangguk mantap. Berlari mencari celah untuk lepas dari pengawasan. Harus mereka akui Benthala bukan lawan yang sebanding dengan Nabastala. Andai saja Nabastala tidak membentuk aliansi pasti mereka telah lama tumbang digerbang permulaan.

"Mark, dimana leader? Haruskah kita jemput dari acara?"

"Tidak perlu, Jaemin sudah memberi sinyal untuk bertemu di gedung asrama. Cepat bergegas!" titahnya.

BRUK

Jay menggeram marah setelah menumbangkan banyak lawan. Mereka diserang dikandang mereka sendiri. Ini pencitraan namanya.

"Taki, dimana Heeseung?"

Pemuda itu meliukkan tubuh sebelum memberi tendangan keras pada ulu hati lawannya. "Entahlah dia pergi sejak sore tadi."

"Sial," elaknya terus-terusan menumbangkan lawan. Anehnya jumlah anggota Nabastala semakin banyak dengan cara bela diri yang meningkat pesat sejak terakhir kali. Nafasnya sampai terengah-engah dengan buku jarinya yang mulai memar.

"Hebat! Kau benar-benar petarung sejati. Siapa namamu?" Kun berseru takjub dengan aksi Jay yang tak tumbang-tumbang sejak garis permulaan.

"Namaku terlalu mahal untuk kau dengar."

Stamina Jay cukup bagus oleh karenanya dia dipilih sebagai petarung inti. Selama hampir tiga tahun menjadi petarung baru kali ini Jay menemukan lawan yang sebanding dengan dirinya. Netra tajamnya saling beradu dengan deru nafas memburu. Sekelilingnya ribut dengan lawan masing-masing hanya Kun seorang yang terlihat santai menanggapi amarah Jay.

"Serahkan saja leader kalian 'toh dia tidak memikirkan nasib kalian kan?"

"Shut up."

"Kami datang membawa kedamaian."

Bruk

"Uhuk--" dia lengah membuat lawan mendapat kesempatan memukul kuat tengkuknya. Titik lemahnya diserang membuat Jay terjatuh kesakitan.

Kun berjongkok menjajari Jay yang masih terbatuk-batuk. "Bersatulah bersama kami dan kebebasan akan menjadi milik kalian. Jujur saja kalian hidup nelangsa dibawah ancaman Benthala bukan?"

Sepasang manik Jay berkilat marah. Apapun yang mereka tahu tentang dirinya maupun anggota lain tidak ada seorangpun yang tahu aslinya bagaimana. Dengan perhitungan yang matang mereka menyerahkan diri dan mengabdi pada Benthala. Mereka tidak sebodoh itu untuk melepaskan diri dari Benthala setelah kekuasaan dan ancaman yang mereka berikan tidak main-main. Tidak sesimpel itu untuk membebaskan mereka. Nyawa mereka taruhannya. Keluarga mereka yang menjadi tumbalnya. Masa depan mereka dihancurkan nya. Benthala bukan lagi kejam tapi benar-benar titisan setan, iblis.

"BANGUN JAY, PERTAHANAN SEKOLAH KITA DENGAN NAMA BENTHALA!!"

Jay tersentak, suara cempreng khas seorang gadis menyadarkan dirinya. Satu-satunya gadis di Medan perang yang terjebak ilusi Benthala. Hebatnya dia masih bertahan disana. Benar-benar membuktikan sang pemegang sabuk hitam taekwondo disekolah mereka.

Benar, pertama-tama pertahanan Berdikari sebelum pasukan lawan memporak-porandakan keadaan hingga terdengar sampai lokasi karnaval. Jay kembali bangkit, sempat mendorong kawannya yang hampir menubruknya. Sang petarung meludah angkuh, sepasang tangannya terkepal siap kembali bertarung.

Kun terhenyak ditempat, "kau benar-benar keras kepala."

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang