Chapter 31

814 81 22
                                    

Dulu manusia hidup saling berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menciptakan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memusnahkan Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walapun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada pengecualian untuk itu. Bender harus musnah. Perang antar dua golongan berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

_NUMBERNINE_

CAST

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yesicca Tamara
Angelina Christy

Zee, Fiony, Jinan, Sisca, Khatrina, Freya, dan member lain yang akan muncul jadi cameo

.

.

.

Chapter 31

.

.

Gita merintih lemah diatas bangsal miliknya. Aroma obat-obatan seketika menyeruak masuk melewati indera penciumannya begitu Ia membuka mata. Gita tahu ini aroma khas rumah sakit. Suasana ruangan serba putih dan cahaya lampu yang menyilaukan menyambutnya dalam keheningan. Hanya suara tetesan infus yang menggantung di samping ranjangnya juga suara dari layar monitor dengan garis-garis aneh di dalamnya yang bisa Gita dengar. Sepi. Ia seorang diri di sini.

Dengan pelan, Ia berusaha bangkit dari tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa nyeri. Ada juga sensasi aneh yang ia rasakan hampir di seluruh permukaan kulitnya. Perban, kapas, plester juga infus yang tertempel di tubuhnya saat ini benar-benar mengganggunya.

Gita mencoba duduk dan mulai melepas semua selang-selang tak jelas juga perban menempel di tubuhnya itu. Satu demi satu perban-perban yang melekat pada tubuhnya juga Ia lepas paksa. Toh sudah tidak ada lagi yang perlu ditutupi, lukanya juga telah menghilang. Bagi bender, tidak butuh waktu lama untuk menghilangkan luka terbuka seperti itu.

Setelah berhasil membuka hampir semua perban di tubuhnya, Gita mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

Seorang suster menyambutnya dengan ekspresi yang bisa Gita baca. Mulutnya menganga dengan kedua bola mata hampir keluar saking terkejutnya. Bagaimana tidak, 2 jam yang lalu pasien ini datang dalam keadaan sekarat. Baru juga selesai menjalani operasi, tapi tiba-tiba pasiennya itu sudah berdiri tepat di hadapannya tanpa ada sedikitpun bekas luka di tubuhnya.

"Apa di rumah sakit ini ada pasien bernama Zee? Azizi, aduh siapa ya namanya?" tanya Gita sambil menggaruk rambutnya. "Pokoknya pasien itu datang karena luka tembak di lehernya," sambung Gita cepat.

Buru-buru sang suster membuka berkas-berkas yang di bawanya guna mencari tahu pasien yang di maksud oleh Gita. Namun sepertinya tidak ada.

"Ada banyak rumah sakit di Jakarta. Mungkin temanmu itu tidak di rawat di rumah sakit ini," jawab sang suster.

"Emm, kalau begitu, terima kasih." Gita hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun tiba-tiba seseorang meraih pergelangan tangannya dan memaksa gadis itu kembali masuk ke dalam ruangannya.

Number NineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang