Number Nine

Chapter 41

Dulu manusia hidup saling berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menciptakan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memusnahkan Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walaupun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada pengecualian untuk itu. Bender harus musnah. Perang antar dua golongan berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

_NUMBERNINE_

CAST

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yessica Tamara
Angelina Christy

Zee, Fiony, Jinan, Sisca, Kathrina, Freya, dan member lain yang akan muncul jadi cameo

.

.

.

Chapter 41

.
.

"Gre..."

Si gadis masih enggan membuka mata meski senyum manis si pria telah teruntai untuk menggodanya.

"Kamu nggak bangun, Gre. Kamu udah kelamaan loh tidurnya,"

"Nggak mau. Aku masih ngantuk," jawab si gadis manja, Ia masih setia memejamkan mata. Si pria pun duduk di atas ranjang, di elusnya surai si gadis dengan penuh kelembutan.

"Bangun dong. Ada cowok ganteng, nih. Ntar kamu nyesel loh gak sempet liat kegantengan Abin Mahendra." ucap si pria masih setia mengelus surai Gracia.

"Nggak akan. Pede banget sih kamu, babe," Gracia terkekeh geli mendengar kenarsisan pacarnya. "Aku masih ngantuk. Biarin aku tidur bentar lagi aja, ya. Jangan ganggu pokoknya!"

"Kamu harus bangun. Selamatkan Chika."

Deg!

Gracia tersentak dan langsung membuka mata. Mimpi barusan membuat jantungnya berdegup tak tentu arah, napasnya tersengal tak karuan. Gracia hendak bangkit, namun pergerakannya tertahan ketika merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Matanya berkedip-kedip berusaha menfokuskan pandangannya yang terlihat kabur. Dari posisinya, ia dapat melihat dengan samar seseorang tengah mengangkat seorang lainnya hingga membuat tubuh orang itu melayang di udara.

Lawannya terlihat lemah tanpa bisa memberikan perlawanan sedikitpun. Gracia seketika membelalakkan matanya saat tersadar bahwa sosok lemah itu adalah adiknya sendiri, Chika.

"CHIKA!" rintihnya parau.

Sedetik kemudian Gracia memaksa tubuhnya untuk bangkit dan melemparkan serangan air pada Sisca. Gulungan air sebesar ombak menghempas tubuh Sisca dengan kuat. Sisca terseret arus air hingga terpojok menabrak dinding. Diwaktu yang tepat Gracia mengubah pengendalian air itu menjadi es saat seluruh tubuh Sisca sedang terkekang dalam air.