Chapter 36

697 82 14
                                    

Dulu manusia hidup saling berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menciptakan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memusnahkan Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walaupun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada pengecualian untuk itu. Bender harus musnah. Perang antar dua golongan berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

_NUMBERNINE_

CAST

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yessica Tamara
Angelina Christy

Zee, Fiony, Jinan, Sisca, Kathrina, Freya, dan member lain yang akan muncul jadi cameo

.

.

.

Chapter 36
.
.

Mungkin ini sudah untuk yang ke seratus kalinya Shani mengganti pena karena telah habis Ia gunakan untuk menumpahkan semua memori yang baru-baru ini berhasil Ia ingat. Shani berusaha menulis semuanya karena Ia tidak ingin kembali melupakan kejadian yang pernah Ia alami di masa lalunya. Terutama tentang kenangan indahnya di masa kecil bersama bundanya.

Jika selama ini hanya kenangan saat bersama kakaknya saja yang bisa Shani ingat, maka sekarang Shani bisa mengingat kenangan indahnya bersama bundanya. Shani pun berpikir keras kenapa Ia justru melupakan orang yang paling Ia sayangi dan selalu Ia andalkan dahulu.

Tak banyak yang bisa Shani ingat dari sosok bunda. Hanya bayangan ketika bundanya sedang sibuk memasak, sementara Shani hanya menunggu sambil bersenandung ria. Oh, pantas saja Shani sangat menyukai sup ayam, ternyata dulu bunda sering memasakkan sup ayam untuknya dan kak Shanju.

Shani merasa menulis semua ingatan itu di atas kertas merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bibir ranumnya bahkan sesekali terlihat menyunggingkan senyum. Ia sampai tidak sadar jika jari-jari tangannya sudah mulai mengapal dan bahkan terkadang terasa sakit. Namun Shani belum ingin berhenti. Ia terlalu menikmatinya. Hari ini Shani bahkan sudah menghabiskan waktu lebih dari 5 jam hanya untuk menulis tentang bundanya saja. Shani seakan  tidak ingin melewatkan satu pun kenangan indah itu.

Namun fase bahagia itu seketika berakhir saat Shani mulai menuliskan kejadian-kejadian buruk di masa kecilnya. Kekerasan dan penganiayaan  yang selalu diterima oleh bundanya. Ketidakberdayaannya di masa kecil membuat Shani merasa marah sekarang. Kenapa Ia begitu bodoh dan tidak berguna karena membiarkan bundanya menanggung semua kesakitan itu seorang diri. Bahkan kakaknya juga begitu, Kak Shanju bahkan merelakan dirinya untuk melindungi Shani.

Tangan Shani bergetar. Rasa ngilu di kepala mulai menyerang. Entah kenapa, kepala Shani selalu saja merasa ngilu tiap kali Ia mencoba mengingat seperti apa wajah manusia terkutuk itu. Manusia yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga kecilnya tapi malah justru dengan bangga merubah dirinya menjadi monster dan membunuh orang-orang yang seharusnya ia lindungi.

Jemari Shani meremas selembar kertas tidak berguna yang sedari tadi Ia pandangi. Sekeras apapun Ia mencoba, Wajah iblis itu tidak kunjung muncul dalam ingatan.

Number NineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang