Di kamar Rama yang terkunci, sinar senja yang lembut menerobos masuk lewat jendela, menyinari sosok Dewo, binaragawan berotot yang sedang berlutut di samping tempat tidur. Rama, remaja ramping dengan mata yang penuh hasrat, berdiri menatapnya. Kontol Rama, keras dan tegang, menjadi bukti ketidaksabaran yang membara. "Ini seperti mimpi," gumam Rama pelan, mengamati ruangan yang biasa menjadi tempat mereka belajar bersama, kini akan menjadi saksi kisah yang berbeda.
Otot-otot Dewo terpapar cahaya sore, menambah keindahan pemandangan yang memanjakan mata Rama. Dewo, dalam keadaannya yang hanya mengenakan boxer tercabik di bagian bokongnya, bagian depan boxernya juga sepertinya tidak akan bertahan lama menampung kontol yang memberontak di baliknya, menciptakan gundukan mencuat tak senonoh.
Perlahan Dewo merangkak mendekati Rama, dengan kondom tersemat di mulutnya yang berbentuk O. Matanya terpaku di kontol Rama.
Ketika jarak antara bibirnya dan ujung kontol Rama hanya tinggal satu sentimeter, Dewo berhenti. Matanya, nanar dan memohon, menatap Rama, menunggu persetujuan.
Rama mengangguk, Dewo pun memejamkan mata ketika menyentuhkan bibirnya di ujung kontol Rama, seakan menghayati momen ini sepenuhnya.
Rama merasakan debaran emosi melalui tubuhnya, seakan Dewo memberinya ciuman yang penuh hormat dan keinginan.Dewo yang biasanya pasif, kali ini mengambil inisiatif dalam permainan mereka, membuat kontol dan hati Rama berdesir-desir.
Perlahan, bibir Dewo mulai bergerak maju. Rama merasakan kehangatan dan emutan bibir Dewo yang memeluk kepala kontolnya maju perlahan milimeter demi milimeter.
Dalam hati Dewo, perasaan kegugupan dan keberanian bercampur aduk. Konflik internal yang telah lama ia pendam kini berhadapan langsung dengan keinginan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Rama. Dengan setiap milimeter kondom yang terpasang di batangan panas sekeras baja itu, membuat jantungnya berdebar kencang.
Tidak dapat menahan diri lagi, Rama bermain dengan puting Dewo, meremasnya dengan penuh gairah. Sensasi yang dihasilkan membangkitkan desahan mendalam dari Dewo. Otot-otot pectorals yang montok menggantung bergetar menahan sensasi intens, Rama menarik kedua puting Dewo mendekat.
Dewo mempercepat gerakannya, bibir dan lidahnya meluncur lincah di sepanjang batang kontol Rama yang tegang, memastikan bahwa kondom terpasang dengan benar. Dewo, dengan bibirnya masih bergerak pada kontol Rama, membiarkan tatapan matanya yang penuh dengan penyerahan dan keinginan untuk terus maju.
Ketika kontol Rama masuk cukup dalam, gag reflex Dewo membuatnya tersedak, tapi cubitan Rama di putingnya memberi dorongan tambahan. Dewo melawan instingnya, terus maju meski berkali-kali tersedak.
Reaksi tubuh kekar Dewo menciptakan pemandangan yang indah bagi Rama, membuat kontolnya berkedut liar di kerongkongan Dewo.
Akhirnya, dengan nafas yang terengah-engah dan kepuasan yang mendalam, Dewo berhasil menyematkan kondom secara keseluruhan. Hidungnya tenggelam di jembut Rama, aroma kejantanan Rama merasuki sukmanya, membawa Dewo ke dalam keadaan trance sensual.
Rama menekan kepala Dewo lebih dalam ke selangkangannya. Dewo, dengan otot-ototnya yang bergetar, menahan gag refleksnya. Ia menekankan wajahnya lebih maju lagi, memenuhi tuntutan Rama, sementara tubuhnya bergejolak, tersedak, napasnya menjadi sesak. 'Tahan, Dewo!' pikir Dewo, berusaha bernafas melalui mulutnya yang terbuka.
Akhirnya, Rama menjambak rambut Dewo, membuat kepalanya terlepas dari kontolnya. Dewo segera mengambil napas dalam, mengisi paru-parunya yang kekurangan oksigen. Namun, sebelum ia sempat bernafas lagi, Rama menarik rambutnya, memaksanya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENTIL DEWO
Lãng mạnSebuah kelemahan, sebuah obsesi, dan sebuah hubungan yang tak terduga. Rama, seorang remaja gay cerdas dengan fetish yang spesifik-tubuh berotot-mengincar Dewo, remaja macho dan berotot. Tapi ada satu rahasia yang Dewo simpan, sebuah kelemahan yang...