> 2.400 word 😭
VOTE DULU 🌟
Belum sempat kubaca ulang.
Bantu tandain typo yaHappy Reading
🤗
***
Padepokan Dewantara adalah padepokan terbesar di Yogyakarta. Secara kasar, luas wilayah satu padepokan melebihi luas wilayah dua kecamatan. Terbayang berapa KM luasnya?
Sumber penghasilan berasal dari lima sanggar yang sangat maju dan disegani. Diantaranya; Sanggar Tari dan Wayang. Sanggar Batik dan Kerajinan. Sanggar Pawon. Sanggar Budi Luhur. Terakhir Sanggar Beladiri.
Pemiliknya bernama Kanjeng Romo Hardiyata, keturunan kesembilan dari ningrat misuwur Tanah Yogyakarta.
Beliau memiliki tiga orang istri; Dinastri, Maharani dan Ambarawati. Masing-masing melahirkan putra dan putri yang diwajibkan ikut turun tangan dalam kepengurusan padepokan.
Raden Yusuf Lakeswara Manggala adalah putra sulung dari istri ketiga, Ibu Ambarawati.
Bicara soal Yusuf, lelaki itu baru saja pulang dari Jerman usai mengurus kekacauan yang diperbuat Raden Gumilar, kakaknya dari ibu kedua, Ibu Maharani.
Yusuf berhasil membangun kerja sama baru yang lebih menguntungkan dengan pebisnis licik yang sebelumnya telah menipu Gumilar.
Ah, perkara licik, Yusuf paling bisa menangani karena dia pun bisa sangat licik bila sudah waktunya. Lagipula soal gerabah yang gagal kemarin, itu sebenarnya murni kebodohan Gumilar yang selalu sok pintar.
"Benar-benar Putraku. Hebat." puji Romo setelah mendengar laporan keberhasilan Yusuf menangani masalah.
Di Pendopo Ageng, duduk di kursi kebesarannya, Romo menatap Gumilar tajam. "Lihat Adikmu, tidak banyak bicara, ada masalah langsung bisa mengatasi. Lha kamu? Omongan wae gedhe, rak ono hasile!"
"Sampun tho, Romo. Gumilar kan sudah minta maaf, sudah dihukum juga. Mbok ya jangan diungkit-ungkit terus." bela Ibu Maharani.
"Betul, Romo." sahut Gumilar yang sudah muak dibanding-bandingkan. "Malah sebenarnya Yusuf itu perlu dicurigai. Dia mengaku jalan-jalan di luar negeri, tapi begitu terjadi masalah di padepokan dia langsung beraksi. Apa mungkin dia yang menjebakku lalu memanfaatkan keadaan?"
"Lancang!" bentak Romo, seketika berdiri dari kursi kebesarannya.
"Tidak tau instropeksi diri malah menuduh yang tidak berdasar! Melumpuhkan kesalahan pada orang lain! Kalau tidak ada Yusuf, entah berapa milyar kerugian yang diterima padepokan karena ulahmu!"
Dada Gumilar kembang-kempis karena emosi, kedua tangannya mengepal kuat sehingga tampak memerah. Matanya memandang Yusuf penuh permusuhan.
Sedangkan Yusuf masih duduk santai, hanya mata jahilnya yang bicara membalas tatapan Gumilar.
Di sebelahnya, sang ibu mengusap lengannya. Menggeleng pelan, meminta Yusuf untuk tidak meladeni Gumilar yang memang selalu cari gara-gara.
"Le, sekarang katakan, hadiah apa yang kamu inginkan?" tawar Romo.
Ini saat yang Yusuf nanti-nantikan. Yusuf berdiri dari kursinya, duduk berlutut di tengah ruangan, menunduk takzim.
"Ngapunten, Romo. Yusuf mendengar kalau Yusuf akan dijodohkan. Bisakah Yusuf menolak perjodohan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden's Next Journey
Teen FictionKe Dataran Utara China, seorang keturunan ningrat Tanah Jawa yang akrab disapa Raden -sebagai gelar kehormatannya, melarikan diri dari pertikaian keluarga tentang pewaris tahta. Di sana, Raden mengikuti kegiatan open trip, lalu bertemu dengan gadis...