23. Sya Romantic Version

628 82 52
                                    

Ini aku beneran nunggu 50 vote dari kemarin
Ternyata baru terpenuhinya malam ini

Okey gapapa
Chapter ini 50 vote 50 komen lagi yaaa

Happy Reading All

⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Jangan dibaca sampe akhir
chapter kalo gak mau nyesel 🙈

.
.
.

Dalam gendongan ala bridal style Yusuf, Aisyana memandu jalan menuju bagian paling utara Pendopo Ageng, di sekitar Ndalem Adhikari milik Kanjeng Eyang Putri, ada sepetak tanah kosong di sana.

Pemandangan sekitar tampak gelap. Berbekal cahaya langit, Yusuf berhati-hati menapakkan kaki di tengah rerumputan.

Jalanan di depan semakin lama semakin bercahaya. Bebatuan semacam kerikil berwarna biru disusun menjadi jalan setapak.

Warna birunya tampak berkilau dimandikan cahaya bintang. Terbentang lurus nan jauh bagai aliran sungai yang jernih.

"Apa ini, Sya?"

"Hackmanite, the natural glow in the dark material."

Alis Yusuf bertaut hingga menyatu, menatap Aisyana dalam gendongannya. "Maksudnya?"

"Cuma ilmuwan yang paham," kata Aisyana. Sebelah tangannya menangkup pipi Yusuf, "Udah, gak usah dipikirin. Percuma juga dijelasin, Kakak gak akan paham, bukan dunianya Kakak."

Yusuf mendengus kecil, "Kamu paham?"

"Enggak juga," sahut Aisyana apa adanya. Cengiran kuda menghiasi wajahnya yang sudah tampak jauh lebih baik dibanding beberapa waktu lalu. "Udah, ayok lanjut jalan."

"Kakak jadi curiga, apa yang sebenarnya kamu rencanakan?" Yusuf memperbaiki posisi Aisyana dalam gendongan, lalu melangkah percaya diri dengan wajah penasaran layaknya badan intel sedang mengintai lawan.

Tapak kaki Yusuf menginjak sesuatu, terdengar bunyi klik dari tanah, seketika sebuah bohlam kecil yang menggantung di udara menyala.

Disusul satu bohlam lainnya, lalu satu bohlam lain menyala lagi ... terus demikian hingga cahaya bohlam yang bergelantungan berderet menyala teratur.

Bersamaan dengan itu, solar firefly lights ikut menampakkan sinarnya. Cahaya kecilnya menyala hijau lembut. Banyak sekali, bak kunang-kunang beterbangan.

Tidak mau ketinggalan, lampu kecil yang dililitkan di sebuah pohon besar juga menyala. Sinarnya muncul teratur dari bawah, menjalar hingga ke dahan dan ranting.

Sebuah lampu besar bersinar paling akhir. Cahayanya redup, sangat pas untuk menyempurnakan keseluruhan atraksi cahaya yang mampu membuat Yusuf terpukau.

Lampu itu sekaligus memperjelas pemandangan yang telah disiapkan sejak awal. Di bawah naungan dedaunan rimbun, tergelar alas duduk beserta bantal.

Lentera-lentera kecil diletakkan di sekitarnya, lalu dipermanis oleh penataan bunga yang indah. Dalam sekejap, gelap dan sunyi malam berubah menjadi lautan cahaya.

Ada selaput bening tergantung di mata Yusuf, wajahnya menahan haru. "Apa ini, Sya?"

Aisyana tersenyum lembut, "Turunin aku dulu."

Yusuf mengangguk, mendudukkan Aisyana dengan hati-hati. Aisyana lalu mengambil sebuah teropong yang diletakkan di atas bantal.

"Coba Kakak pakai."

Raden's Next JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang