Jakarta.
Aisyana kembali ke penginapan pukul satu siang setelah sejak pagi tadi disibukkan oleh persiapan menjelang event.
Masih dengan mukena putihnya usai salat Zuhur, gadis itu merebahkan diri di kasur. Tidur tengkurap sambil membuat panggilan video ke nomor suaminya.
Nada sambung cukup lama berdering, namun Aisyana tak kunjung mendapat jawaban. Justru, pada detik berikutnya, panggilan video dimatikan oleh Yusuf.
"Salah pencet kali, ya?" gumam Aisyana.
Jemari mungilnya ingin kembali mengklik panggilan video, tapi panggilan suara dari Yusuf lebih dulu masuk. Segera Aisyana mendial panel hijau.
"Assalamualaikum, Sayang." sapa Yusuf di seberang.
"Kakak, kok lama?"
"Iya, maaf, Sayang. Dijawab dulu salamnya."
"Udah, Kakak yang gak denger."
Terdengar kekehan ringan Yusuf, Aisyana mengerucutkan bibir. "Kakak, minimal ganti video call gitu, emang gak kangen?" rajuknya.
"Kakak lagi di luar, Sya, banyak pria di sini."
"Wih, asyik tuh. Liatin dong, masih ada yang jomblo gak?"
"Sya ... " Yusuf menggeram tertahan.
"Gak tau ah, gak like sama Kakak. Chat-ku balesnya lama, sekali bales singkat-singkat, di-vc malah ngajak teleponan biasa, ngangkatnya lama pula." cerocos Aisyana sebal.
Yusuf tidak langsung menjawab, tapi embusan napasnya terdengar oleh Aisyana. Membuat gadis itu berganti posisi menjadi berbaring, mengaktifkan loudspeaker lalu menaruh ponselnya begitu saja.
"Gak ada niatan bujuk nih? Aku marah loh ini?"
"Hm? Marah, ya?"
"Hm. Tapi kangen."
Kekehan Yusuf kembali terdengar, "Maaf, Sya. Bukan maksud Kakak mengabaikanmu. Percayalah, Kakak lebih merindukanmu."
"Eleh, bilangnya rindu tapi lagi sibuk sama yang baru, kan?"
"Syaaa, ini kita sedang LDR loh, Sayang. Bisa jangan memicu kesalahpahaman, hm?"
"Oh, jadi aku yang salah? Oke. Maaf, Raden Yusuf, saya telah menganggu waktu Anda yang berharga. Bye!"
Tanpa menunggu jawaban Yusuf, Aisyana mematikan telepon sepihak. Dia sedang lelah, sedang ingin dimanja-manja walau sekedar suara, tapi respon Yusuf malah jauh dari yang dia inginkan.
Aisyana melepas mukenanya, melemparkannya begitu saja ke atas sajadah, lalu menutup wajahnya dengan lengan. Menangis.
Tidak perlu ditanya apa dan kenapa, bukannya memang seperti itu kebanyakan wanita? Menangis dan galau tanpa alasan yang jelas. Apalagi masa-masa menjelang menstruasi. Uhh!
❄❄❄
Yusuf mendesah panjang usai sambungan telepon diputus sepihak oleh istrinya. Lelaki itu sedang duduk di kursi, menyatukan kedua lengan di belakang tengkuk, sambil menunduk dalam-dalam mengucap istighfar.
"Astaghfirullah ..." lirih sekali ucapnya, nada pasrah dan frustasi bercampur dalam satu hela napas.
Sebuah video dalam laptop di depannya terus berputar ulang. Video rekaman CCTV dirinya di area kampus.
Pada hari di mana Yusuf mengajak Aisyana ke kampus untuk bimbingan mahasiswa usai Mall Date.
Entah bagaimana kejadian sebenarnya, namun dalam rekaman CCTV tersebut, salah satu mahasiswi Yusuf keluar paling akhir dengan penampilan kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden's Next Journey
Fiksi RemajaKe Dataran Utara China, seorang keturunan ningrat Tanah Jawa yang akrab disapa Raden -sebagai gelar kehormatannya, melarikan diri dari pertikaian keluarga tentang pewaris tahta. Di sana, Raden mengikuti kegiatan open trip, lalu bertemu dengan gadis...