29. Berdua Kita Bisa

576 73 7
                                    

Wattpad sekarang lagi rewel ya? Suka nge-lag tiap mau update. Apa cuma punyaku aja?

...

"Aku pengen pulang, Kakak."

"Kamu menyerah membersamai Kakak, Sya?"

Cukup. Yusuf tidak berharap jawaban atas pertanyaannya. Dia tidak siap mendengar istrinya mengatakan kalimat yang sangat dia takutkan.

Dari pada meneruskan perdebatan ini dalam keadaan sama-sama emosi, Yusuf memilih bangkit. Tepat sekali ponselnya berdering, panggilan masuk dari Arjuna.

Melihat sang suami hendak pergi, Aisyana panik. "Kakak, bukan gitu maksud Sya. Coba dengerin Sya dulu," pintanya.

"Masmu menelepon," kata Yusuf. Menunjukkan layar ponselnya, namun tidak menatap wajah Aisyana. "Pikirkan dulu apa yang akan kamu katakan. Jangan sampai menjadi penyesalan dalam hubungan kita."

❄❄❄

Yusuf keluar kamar untuk mengangkat telepon dari Arjuna.

"Assalamualaikum, Akhi. Lama sekali mengangkatnya." omel Arjuna dari seberang.

Yusuf menjawab salam, lalu bertanya, "Ada apa menelepon, Gus Arjuna?" Kalimatnya hormat, namun nadanya dibuat-buat. Yusuf selalu suka mengusili sahabat karibnya itu.

"Besok saya ke Jogja, Suf."

"Ada urusan apa? Aku malas kalau diminta tips dan trik mengajak istri kencan."

"Wahai, Adik Ipar, bukannya sekarang kamu yang butuh tips dan trik itu? Saya lebih berpengalaman, kalau kamu lupa."

Yusuf geleng-geleng kepala, Arjuna sudah mulai sombong, Kawan. Sepertinya lupa pernah merecoki liburan Yusuf sampai mohon-mohon minta diberikan saran cara menjalin hubungan dengan Tazkiyya.

"Jadi, ada urusan apa ke Jogja?" tanya Yusuf, mengembalikan pembahasan ke topik utama.

"Sya belum cerita? Minggu depan Mbak Hafsah menikah. Aba dan Mama juga ikut ke Jogja. Katanya Sya mau tinggal di pesantren selama kami di sana."

Yusuf speechless. "Sebentar, bagaimana? Bisa diulangi?"

Terdengar helaan napas Arjuna, namun dia tetap mengulanginya sesuai permintaan Yusuf. Dan seketika Yusuf teringat perkataan Aisyana beberapa saat lalu.

Apakah istrinya itu meminta pulang karena hal ini? Yusuf reflek memukul kepala. Apa yang dia pikirkan, coba? Bisa-bisanya memaknai lain perkataan Aisyana.

"Kamu baik-baik saja, Suf?"

Suara Arjuna memecah pikiran kalut Yusuf. Lelaki itu menggeleng kecil, membuyarkan over thinking-nya. Lalu mengatakan pada Arjuna, dia tidak apa-apa.

"Suf?"

Panggilan itu. Panggilan bernada penasaran tertahan khas Arjuna, sudah sangat Yusuf hafal.

"Tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan, Jun."

"Ekhem, kata Mama kemarin Sya sempat menelepon sambil menangis. Kalian ... sedang ada masalah?" tanya Arjuna, ragu dan berhati-hati.

"Kalau tidak ingin menjawab, tidak apa-apa, Suf. Lupakan saja," tambahnya, Arjuna tidak enak.

Yusuf tersenyum kecil, "Gapapa. Masalah kita sudah selesai, Jun. Tidak perlu merasa tidak enak, wajar kamu mengkhawatirkan adikmu."

"Alhamdulillah ..." jeda sesaat. "Sebenarnya saya tidak pernah ragu mempercayakan Sya padamu. Sejak dulu, kamu pawangnya, Suf. Kamu kakak yang lebih dia sayang ketimbang saya, mas kandungnya." Arjuna terkekeh di akhir kalimat.

Raden's Next JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang