Terima kasih untuk antusiasme
kalian hari ini 🤗 Jadi nih DOUBLE UP YEAY!Selamat membaca 😚
*
*
*Aisyana pamit memisahkan diri. Duduk bersama bunga daisy. Menyembunyikan wajah di lipatan tangannya di atas meja.
Gila! Fakta ini benar-benar membuatnya gila. Yusuf adalah Raden? Raden adalah Yusuf?
"Dunia ini masih ada regenerasi gak, sih? Jayus tau gak? Masa lalu biarin di masa lalu aja, kenapa harus dibawa ke permukaan masa depan?!"
Aisyana kesal setengah mati. Kakinya menendang udara. Tangannya gatal mencabut setangkai bunga daisy. Bodo amat Mama Aina marah-marah. Nanti tinggal berlindung pada Aba Afkar. Beres.
"Aaa!" Aisyana menggaruk kepala. Hijabnya yang semula terpasang cantik, kini sudah tak berbentuk.
Yusuf melihat dari kejauhan. Kedua tangan lelaki itu mengepal kuat, seakan di sanalah letak keberanian berasal.
Melangkah pelan, Yusuf tiba tepat di belakang Aisyana. Mengembuskan napas sekali lagi, Yusuf harus berani. "Sya ... " panggilnya menggantung.
Aisyana meski terkejut, enggan menoleh. Malah semakin brutal mencabuti bunga daisy di dalam vas bunga.
"Raden- eh bukan. Maksudku Kak Yusuf. Kak Yusuf udah bisa tenang sekarang. Aku gak akan jadi penghalang Kakak untuk mengejar gadis yang Kakak suka." ucapnya tanpa menoleh.
Yusuf mendesah, "kalau kamu jadi dingin begini, justru kamu semakin menghalangi Kakak mengejar gadis yang Kakak suka."
Sontak Aisyana berdiri tidak terima. Gadis itu membalikkan badan. Membalas singkat sorot mata Yusuf yang hangat. Tidak. Dia tidak boleh luluh pada sorot mata itu lagi.
Diulas tipis senyumnya, "Kakak mau aku gimana? Bersikap hangat seperti Kak Yusuf yang selalu melindungi Ning Kecil? Atau kehangatan Raden yang memakaikan syal untuk Daisy?"
Yusuf menggeleng pelan, dia maju selangkah, membuat Aisyana mundur.
"Aisyana Daisy Magnoliophyta." panggil Yusuf gamblang. Mata itu menyorot dalam, mengunci tatapan Aisyana yang berlarian tak fokus.
"Jangan bohong. Bahkan salju Beijing pun berkenan menjadi saksi kalau kita memiliki perasaan yang sama."
Dentuman jantung Aisyana semakin menggila. Hidungnya memerah dan berair. Matanya masih dia paksa untuk kuat.
Gadis itu mendongak demi melihat jelas wajah Yusuf. Tatapannya menyimpan seribu makna, meski ketidaksukaanlah yang paling kuat terasa.
"Apa gunanya punya perasaan yang sama? Saat itu aku Daisy, kamu Raden." ucapnya lugas.
"Lelaki yang memberiku tumpangan ke hotel. Yang membicarakan sejarah Forbidden City bersamaku. Yang meminjamiku handy cam untuk mengabadikan momen lucu bayi panda."
"Itu semua adalah Raden. Bukan Kak Yusuf. Kamu tau apa yang ditinggalkan Kak Yusuf untukku?" Gelengan kepalanya menandakan dia kecewa. "Janji."
"Janji memberiku kabar. Janji bermain denganku saat pulang. Janji palsu. Kamu tau? Seseorang bernama Yusuf adalah lelaki yang membuatku merasakan pahitnya menanti sejak usia yang masih sangat dini!"
Air mata Aisyana jatuh. Awalnya gerimis, lalu semakin deras. "Kukira hanya Yusuf, ternyata Raden pun sama. Dia yang berjanji menemaniku ke Harbin, tapi apa? Pergi begitu saja tanpa berpamitan."
"Sekarang kamu pilih. Kamu yang berdiri di depanku saat ini ... Yusuf? Atau Raden?"
❄❄❄
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden's Next Journey
Teen FictionKe Dataran Utara China, seorang keturunan ningrat Tanah Jawa yang akrab disapa Raden -sebagai gelar kehormatannya, melarikan diri dari pertikaian keluarga tentang pewaris tahta. Di sana, Raden mengikuti kegiatan open trip, lalu bertemu dengan gadis...