Chapter ini 2.400 words 😱
Serius mau nanya, selama ini kalian kalo baca satu chapter isinya segini, kepanjangan, gak?
Capek gak bacanya?
Iya, kalo bacanya tiap diupdate pasti bilangnya kureng yaa xixixi
Tapi kalo bacanya pas udah numpuk beberapa chapter gitu, kepanjangan gak sih?
Serius butuh pendapat kalian ✌🏻🤍
Spill yaa
Selamat membaca 👻
.
.
.Setelah ibu mertuanya pulang, Aisyana banyak diam dan melamun. Pemandangan di balik dinding kaca besar tampak indah, tapi tidak bisa mengalihkan risaunya.
Aisyana menghela napas untuk kesekian kali sepagi ini. Ana dan Ani tidak ada yang berani bersuara, namun mereka tetap setia menemani Aisyana.
Dalam suasana hening itu, suara seseorang menarik handle pintu terdengar jelas. Itu pasti Yusuf.
"Jangan bilang ke Kakak kalau Ibu habis dari sini," kata Aisyana.
Tak lama, Yusuf masuk dengan membawa banyak sekali paperbag dari berbagai toko makanan. Senyumnya mengembang, Aisyana tidak tega menyambutnya dengan wajah sendu. Aisyana ikut tersenyum.
Yusuf mengulurkan tangan, Aisyana menciumnya, lalu Yusuf mengecup puncak kepala Aisyana, mengusapnya lembut. Ana dan Ani selaku jomblo pamit undur diri.
"Kakak belikan kamu es krim stroberi di kedai es krim terenak di Jogja. Waktu kamu flu Kakak pernah ajak kamu ke sana pulang kampus. Ingat, tidak?"
Yusuf tampak excited membuka cup es krim untuk Aisyana. "Ini Kakak belikan yang jumbo spesial. Sekalian menepati janji waktu itu."
Suaminya bahkan ingat pada perkataan asal ucap yang dia saja sudah lupa. Tiba-tiba dada Aisyana sesak, dia ingin menangis, tapi tidak mau dilihat Yusuf.
"Kakak, boleh peluk?"
Tentu saja boleh. Dengan senang hati Yusuf merentangkan tangan, membawa Aisyana masuk pada tempat ternyamannya.
Air mata Aisyana jatuh membasahi kemeja Yusuf, isakannya dia tahan dengan menggigit bibir.
"Dimakan dulu es krimnya, keburu cair."
Aisyana menggeleng, mengeratkan pelukan ketika Yusuf hendak mengangkat wajahnya.
"Kakak makan, ya?"
Aisyana mengangguk membolehkan. Dalam kondisi baik-baik saja, dia mana mau bagi-bagi es krim kesukaannya?
Yusuf menyadari gelagat Aisyana. Lalu, dadanya terasa basah. Yusuf kembali menutup cup es krim dan meletakkannya di meja.
"Kamu baik-baik saja, Sya?" tanyanya, Aisyana menjawab dengan anggukan.
"Ada yang mau kamu ceritakan ke Kakak?" Kali ini Aisyana menggeleng.
Yusuf tidak suka Aisyana menyembunyikan kesedihan darinya. Dia ingin lanjut menanyai Aisyana, tapi ponselnya berdering. Panggilan dari Pendopo Ageng.
Yusuf tahu apa yang akan terjadi jika dia mengangkat panggilan tersebut. Dia sengaja mengabaikannya.
Namun, tiba-tiba Aisyana berkata, "Angkat, Kak. Kakak gak bisa lari dari tanggung jawab seorang Raden. Pergi aja, Sya gapapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden's Next Journey
أدب المراهقينKe Dataran Utara China, seorang keturunan ningrat Tanah Jawa yang akrab disapa Raden -sebagai gelar kehormatannya, melarikan diri dari pertikaian keluarga tentang pewaris tahta. Di sana, Raden mengikuti kegiatan open trip, lalu bertemu dengan gadis...