07_lamaran

379 20 0
                                    


Minggu pagi yang cerah menjadi saksi perjalanan waktu yang tak terasa, dua pekan pun telah berlalu.

Hari ini, keluarga kecil Seigara, termasuk Andra, datang ke kediaman keluarga Arin dengan tujuan yang istimewa: meminang Arin.

Di dapur, Arin sibuk menyiapkan cemilan untuk para tamu. Setelah semua cemilan dan minuman siap, Arin memutuskan untuk melangkah menuju ruang tamu, tempat di mana umma dan tamu-tamu mereka berkumpul.

"Tarik nafas, hummmm.... hufttt. Bismillah," Arin bermonolog dalam hati, mengumpulkan keberanian.

Ketika tiba di ruang tamu, Arin dengan cermat menata cemilan dan minuman satu per satu di meja depan tempat para tamu duduk. Di sana, Bunda Tika duduk berdampingan dengan Andra di kursi panjang, sedangkan Pak Teno duduk di kursi tunggal. Umma Mira duduk sendirian di kursi panjang yang lain.

Bunda Tika tidak bisa menahan decakannya ketika melihat Andra masih terus sibuk dengan handphonenya sejak tadi. Dia tak bisa membayangkan apa yang begitu menarik dari benda mati itu hingga membuat Andra terpaku padanya.

"Andra jangan gitu ih, nggak sopan." tegur bunda Tika bebisik ke arah Andra

Dengan malas Andra pun memasukkan handphonenya kedalam saku celananya, dari pada nanti kena jewer bundanya lagi, bisa putus telinganya lama-lama.

Arin menyalimi bunda Tika kemudian ke papa Teno tapi, hanya menelungkupkan tangan depan dada karena Teno bukan mahramnya.

"A-assalamualaikum Tante, om. Silahkan di nikmati," ucap Arin tersenyum gugup.

Andra menatap Arin dengan tatapan penuh selidik, karena suara perempuan itu rasanya tak asing ditelinganya, terlebih lagi Arin sedikit menunduk.

Arin pun beralih bergabung duduk di dekat umma Mira.

"Panggil bunda aja ya sayang, samaan kayak Andra." ucap bunda Tika tersenyum lembut. Arin menanggapi dengan anggukan kikuk.

"Silahkan diminum dulu. Nak Andra, silahkan nak." imbuh umma Mira mempersilahkan tamu-tamunya. "Maaf ya, cemilannya seadanya." lanjutannya.

"Nggak pa-pa Bu, justru saya suka Sama cemilan gini. Vibes desa gitu," ujar papa Teno mulai mencicipi cemilan yang disajikan Arin, begitupun bunda tika.

"Iya Ra, ini enak banget. kamu kok nggak pernah kerumah lagi Ra? " tanya bunda Tika pada umma Mira.

"Kamu nggak pernah berubah Tik, kan kita masih sering telfonan. Lagian aku juga masih jualan kue, jadi agak sibuk dikit. " balas Umma Mira terkekeh.

"Iya sih, tapi kan beda Ra, aku kan kangen."

"Ini kan dah ketemu, tik."

"Nanti kita syoppyng bareng yuk!" Semangat bunda Tika.

Arin tersenyum tipis kemudian sedikit mendongak mendengar pembicaraan dua wanita paruh baya yang katanya sudah bersahabat sejak lama itu. Tanpa menyadari Andra sejak tadi memperhatikan gerak geriknya.

Andra yang melihat Arin sedikit mendongak pun tersentak. "Bukannya cewek itu yang gue kasarin dua pekan lalu? Bisa abis gue kalau bunda sampe tau." Batinya risau.

My Bad Boy Andra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang