"Kenapa kak?" Tanya Arin yang baru saja membuka pintu kamarnya.
"Lo siap-siap,"
"Ha? Emang kita mau kemana?"
Andra memijit pelipisnya. "Nggak usah banyak nanya, Gue tunggu di mobil." ketusnya.
Tanpa bertanya lagi Arin segera ngacir untuk bersiap-siap. Setelah selesai ia pun pamit ke Bi Asih kemudian kemobil menyusul Andra.
"Bukannya kak Andra mau ke kantor?" Tanya Arin sembari memperbaiki duduknya.
"Hm." jawab Andra tanpa mengalihkan pandanganya dari jalan raya.
"Terus akunya mau di kemanain?"
"Ikut sama gue."
"Ha? Kekantor?"
"Ck, Iya."
Mata Arin membola. "Ada acara panting ya? Kak Andra, Kenapa nggak bilang dari tadi? kan aku bisa pakai baju yang lebih bagus. Ah..nggak usah deh kak, nanti aku malu-maluin lagi. Jangan__" ucapan Arin terhenti karena tangan kekar nan berurat Andra membungkam mulutnya.
"Cerewet banget sih!" Sebal Andra dengan tangan masih membungkam mulut Arin dan satunya lagi menyetir. "Di kantor nggak ada acara apapun. Jadi, bentar lo nggak usah aneh-aneh, duduk manis aja." jelasnya tanpa melihat ke arah Arin.
"Denger nggak?" Tanya Andra dibalas anggukan oleh Arin.
"Bilang iya dulu coba," pinta Andra melepas tangannya dari mulut Arin.
"Hmmpppttt hos...hos.. kak...An.. tuhh.. yah..hoss.." Arin begitu terbata campur ngos-ngosan karena hampir kehabisan nafas.
"Kak Andra mau Arin mati ya?!"
"Nah, kan tau."
"Kak Andra!!"
.....
"Duduk diem di sofa, Nggak usah kemana-mana." Peringat Andra pada Arin, menunjuk sofa yang ada di ruangan khususnya tersebut, dibalas anggukan patuh oleh Arin.
"Good girl." Puji Andra menepuk pucuk kepala Arin yang tertutup Khimar. Ia berjalan menuju kursi kerjanya meninggalkan Arin yang bersemu merah.
Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, Arin yang tadinya hanya bermain handphone sesekali memperhatikan Andra yang fokus pada laptop, mulai merasa bosan di tambah perutnya sekarang keroncongan minta diisi. Ia ingin memberi tahu Andra bahwa ia lapar, tapi ia tak mau mengganggu Andra. Alhasil dia hanya duduk sesekali berganti gaya dengan gaya random yang dia rasa nyaman.
"Kak Andra, mau kemana?" Tanya arin pada Andra karena melihat Andra beranjak dari kursinya.
"Mau keluar sebentar." jawab Andra dibalas anggukan mengerti oleh Arin.
Setelah beberapa menit Andra kembali dengan menenteng dua kantong kresek yang lumayan besar, yang entah apa isinya.
Andra meletakkan dua kantong kresek tersebut di meja depan Arin. "Makan." titahnya.
Mata Arin berbinar. "Wha, ini makanan semua?"
Andra mengangguk malas, membuat Arin tersenyum manis sambil menyipitkankan matanya menatap Andra.
"Kenapa Lo?"
"Suami aku peka banget sih. Tau aja Arin lagi laper." ucap Arin senang, mulai membuka kantong kresek tersebut.
"Subhanallah, Banyak banget!"
"Habisin, Kerjaan gue masih banyak."
"Mana boleh habis segini. Yang benner aja." syok Arin sambil mengeluarkan dua nasi goreng dan beberapa cemilan yang ada dalam dua kantong kresek tersebut. Yang benar saja, ia disuruh habiskan makanan sebanyak ini. Bisa meledek perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Andra [END]
Teen Fiction~Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang taat beragama dijodohkan dengan cowok berandal dan kasar? •。ꪆৎ ˚ 𝆬 𓆇 𝂅ׄ Andra Gevano Seigara. cowok dingin yang menjabat sebagai ketua geng motor besar di jakarta, terpaksa menikah dengan perempuan ali...