"DOK, SUS! LO PADA BUDEK SEMUA HAH!? TOLONGIN ISTRI GUE!!" Emosi Andra tak sabaran, sedang menggendong Arin Ala bridal style yang tak sadarkan diri.
Empat orang perawat menghampiri dengan membawa brankar. Dengan gerakan cepat, Andra meletakkan tubuh Arin diatas brankar, lalu didorong menuju ruang UGD.
"Ri, bertahan sayang. Aku mohon." lirih Andra yang juga ikut mendorong brankar istrinya, sedangkan zayen mengurus hal lain yang perlu diurus.
"Maaf mas, dokter akan memeriksa keadaan pasien. mohon menunggu diluar saja." ucap seorang suster, menahan Andra yang hendak ikut masuk kedalam ruangan.
"Nggak! gue mau ikut masuk!"Bantah Andra berusaha menerobos masuk kedalam ruangan.
"Istri gue butuh gue!! Gue mau sama dia! Lepasin gue, anj*Ng!"
Suster dan beberapa orang disana hampir kewalahan menghadapi Andra yang terus-menerus memberontak.
"Ndra, Ndra! Jangan keras kepala! Yang ada kalo Lo kayak gini, penanganan Arin makin lama!!" Beruntung zayen datang tapat waktu dan berusaha menenangkan Andra. "Lo mau istri Lo kenapa-kenapa karna terlambat semakin lambat ditangani?!"
Andra terdiam. Dengan nafas yang memburu, ia memejamkan matanya berusaha menganalisir perasaannya.
"Gue takut, Zay." Ia mengusap wajahnya yang sudah basah dengan keringat dingin. Ia setakut ini karena Arin tadi sempat mengatakan bahwa perempuan itu sangat merindukan mendiang ayahnya, dan Ia sangat paham dengan maksud dari perkataan istrinya itu.
"Tenangin diri, Lo."
"ARHHG...BODOH LO NDRA!" teriak Andra meninju tembok dengan keras, membuat pengunjung rumah sakit lain terkejut.
Andra mendudukkan dirinya dilantai dengan bersandar pada tembok. Kini penampilannya sudah sangat urakan. "Gue bodoh!" Lirihnya tak henti-hentinya memukul kepala sendiri.
"Jangan sakiti diri Lo sendiri." Zayen mencekal tangan Andra yang hendak memukuli kepalanya sendiri untuk kesekian kalinya. "Gue udah hubungi keluarga Lo, sebentar lagi mereka bakal kesini." ucapnya pelan, menepuk pundak Andra. Andra hanya diam tak menanggapi dengan tatapan kosongnya.
"Zay, Arin bakalan baik-baik aja kan?" Tanya Andra, menatap zayen sayu.
Zayen menarik nafas panjang. Ia baru pertama kali melihat Andra dengan tatapan putus asa dan sekhawatir ini pada seseorang selain bunda Tika. Itu tandanya, Andra sangatlah mencintai Arin. "Lo nggak usah khawatir, kita doain, semoga Arin nggak kenapa-kenapa. Tenangin diri Lo."
"Nasehat Lo udah basi!" Ungkap Andra mengacak rambutnya.
Zayen mengelus dadanya, butuh kesabaran seluas samudra Hindia untuk menghadapi orang seperti Andra. Andra memang seperti ini jika sedang amburadul, kurang akhlak dan tak bisa bijak sama sekali. "Minum dulu." ia menyodorkan sebotol air mineral pada Andra.
Andra menerimanya lalu meneguknya sedikit."Kenapa lama banget, jir."
"Ndra, mending Lo ikut gue dulu,"
"Buat apa?!"
"Keadaan Lo nggak baik-baik aja, ndra. apalagi kaki Lo habis ketembak."
"Nggak! Gue mau tetap disini zay! Dokter mungkin sebentar lagi keluar."
"Tapi, Ndra__
Ceklek
"Dengan keluarga pasien."
Dengan susah payah, Andra mendekati dokter yang baru saja memeriksa keadaan Arin. "Saya suaminya dok. Bagaimana keadaan istri saya?" Tanyanya cepat.
Dokter bername tag arga itu terdiam sejenak sembari memandangi Andra dari atas sampai bawah. Mungkin ia kurang percaya, jika remaja laki-laki didepannya ini adalah suami pasien yang ditanganinya barusan. Yang mana hal itu membuat emosi Andra terpancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Andra [END]
Fiksi Remaja~Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang taat beragama dijodohkan dengan cowok berandal dan kasar? •。ꪆৎ ˚ 𝆬 𓆇 𝂅ׄ Andra Gevano Seigara. cowok dingin yang menjabat sebagai ketua geng motor besar di jakarta, terpaksa menikah dengan perempuan ali...