48_om-om arab

290 18 0
                                    

Seorang perempuan sedang berjalan dengan sedikit tertatih menuju kursi yang berada di balkon, sambil sesekali mendesis.

"Sayang kamu kenapa?"

"Allahuakbar! Ih~ kak Andra ngagetin. Sejak kapan kak Andra ada di situ?" Tanya Arin kesal lalu mengembungkan pipi, sebab di kagetkan oleh keberadaan Andra yang tiba-tiba berada di depannya dengan memasang ekspresi khawatir.

"Sejak tadi sayangku. Ngagetin ya? maaf ya," ucap Andra, mengelus pucuk kepala sang istri. Ingin rasanya ia melahap dan mencubit pipi itu, yang sejak dulu selalu terlihat menggemaskan.

"Iya," balas Arin tersenyum. Andra menggendong Arin ala bridal style dan membawanya ke kursi, membuat Arin tersentak.

"kok mukanya merah, hm?"

"Enggak, ya." Sanggah Arin menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Sontak hal tersebut membuat Andra tertawa terbahak-bahak. "Salting, ya? Cieee..." Ia semakin gencar menggoda wanitanya. Senang rasanya, setelah sekian lama akhirnya ia bisa melihat saltingnya wanita itu.

"Buka sayang, biar cantiknya makin keliatan." Ucap Andra, menyingkirkan kedua tangan Arin.

"Ututu... cantiknya, maa syaa Allah."

Wajah Arin semakin memerah, jantungnya rasanya sudah berdetak abnormal, hingga ingin melompat dari tempatnya.

"Kak Andra jadi kulkas cair, beda banget sama lima tahun lalu." Arin membatin.

"Astaghfirullah. Tadi kakinya sakit? Bagian mana? Ini ya? Ini kenapa?" Tanya Andra beruntun, dan berjongkok di depan Arin.

Arin tersenyum. Terlihat jelas bahwa laki-laki itu sangat khawatir padanya. "Tadi terkilir di tangga pas dirumah. Tapi nggak papa kok,"

"Nggak apa-apa gimana? Ini sampe ungu," Buru-buru Andra beranjak dan berlalu dari sana.

Tak butuh waktu lama, Andra sudah kembali dengan kompresan es dan juga salep, tak lupa juga satu cangkir teh di tangan kanannya.

Andra meletakkan secangkir teh hangat yang ia bawa di atas meja kecil di dekatnya, Lalu berjongkok di depan Arin dan meraih kaki istrinya.

"M-mau ngapain?"

"Mau ngompres kaki kamu. Semoga ini bisa membantu mengurangi peradangan." Tak menunggu balasan, Andra mulai mengompres kaki Arin dengan es batu dengan lembut dan hati-hati.

"Tapi aku bisa sendiri,"

"Aku tau kamu seorang dokter, dan  bisa sendiri. Tapi biar kau bantu kamu ya." Ucap Andra lembut. Netranya masih fokus pada kaki Arin.

Arin benar-benar tersentuh atas ucapan Andra barusan. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Andra akan sebaik dan selembut ini sekarang. Ternyata, ada banyak kebahagiaan yang tak dapat ia ukur, dibalik ujian yang dulu menerjangnya tanpa henti, sampai-sampai ia hampir putus asa dan menyerah.

"Pokoknya mulai sekarang, apapun yang terjadi aku akan selalu ada buat kamu dan jadi tameng terdepan buat kamu, walaupun aku harus mengorbankan nyawaku sekalipun." Ucap Andra serius, dan tulus langsung dari hatinya tanpa ada yang ia lebih-lebihkan.

"K-ak Andra, makasih banyak." Arin menangis haru dan langsung di dekap dengan erat oleh Andra.

"Ayy shay' laki, habibaty." Andra mengecup pucuk kepala Arin.

 "Tapi, apa aku masih pantas bersanding sama kamu?" Lanjut Andra, bertanya. Wajahnya berubah sendu.

Arin melerai pelukannya, ia menangkup wajah Andra. "Yang lalu kita lupain, ya. Sekarang kak Andra tidak disana lagi. Kak Andra sudah berubah,"

My Bad Boy Andra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang