Hari ini Arin free begitupun Andra. Sebenarnya Andra tidak libur ke kantor hari ini, tapi karena laki-laki itu ngeyel sendiri ingin menemani Arin ke supermarket, alhasil laki-laki itu mengambil cuti untuk hari ini dan meminta sekretarisnya_ Deon untuk menghandle semua urusan kantor.
Pagi langit tampak sangat cerah. Secerah perasaan dua sejoli yang sedang menyusuri setiap rak supermarket sambil sesekali bercanda tawa.
"Nggak heran lagi kalau Atlanta mah," ucap Andra diakhiri tawa, sambil mendorong troli belanja.
"Iya bener. Inget dulu Vanya selalu nolak Atlan?"
Andra mengangguk. Ia tersenyum senang melihat Arin yang begitu antusiasnya menceritakan apa saja tentang cerita cinta Atlanta dan Vanya, semenjak ia tidak berada di Indonesia.
"Tapi akhirnya setalah perjuangan Atlanta yang cukup panjang, akhirnya Vanya luluh juga. Malah sekarang mereka udah nikah." Lanjut Arin.
"Iya, Alhamdulillah. Dia memang bucinable banget ke Vanya sejak dulu."
"Tapi lebih bucin suaminya Arin," ujar Arin, lalu tertawa, otomatis Tawa itu langsung menular ke Andra. Entah bagian mananya yang lucu, Mungkin beginilah jika sudah sama-sama bucin. Bisa sama-sama bego juga. Hm.
"Kak Andra mau Arin masakin apa malam ini?" Tanya Arin mengalihkan topik, setelah tawa mereka berhenti.
"Nasi goreng dong, beb. Malam ini kamu masak nasi goreng, ya?"
Sambil mendongak melihat-lihat sayuran yang di rak atas supermarket, Arin menggelengkan kepalanya heran. Masalah makanan, Andra tidak pernah berubah. Tidak peduli malam atau siang, selalu saja nasi goreng. Sangat mengherankan. Meski begitu, Arin tentu saja selalu menyajikannya dengan senang hati. Menyenangkan hati suami kan berpahala.
"Kok nggak jawab, iya...," Andra dengan bibir cemberutnya, iseng menyenggol pelan bahu Arin.
"Iya..... Sayang,"
"Ayang bisa aja." Andra menepuk-nepuk kepala Arin dengan salting, sementara Arin hanya bisa tersenyum melihat tingkah suaminya.
"Kak, Ambilin itu dong." Pinta Arin menunjuk sayuran yang ada di rak paling atas.
"Ututu... Sendok sendok nyam-nyam, maa syaa Allah, kependekan ya dek?"
"Ish, aku nggak sependek sendok sendok nyam-nyam, ya!" Seru Arin.
"Iya, nggak sependek sendok nyam-nyam, Tapi sependek teh gelas." Ledek Andra lagi. Selepas itu, Andra menerima cubitan di pinggangnya.
"Aishh... Sakit sayang," lenguh Andra. Sejujurnya tidak sakit sama sekali. Ia hanya modus.
"Makanya!"
"Iya, maaf." Andra nyengir kuda.
"Buruan kak Andra, ambilin sayuran itu." Arin kembali menunjuk sayuran dia Atas rak.
Andra pun menurut. Ia mendekat ke arah Arin dan memojokkan perempuan itu, otomatis Arin sedikit terhimpit. Tangan kekarnya dengan mudah mengambil sayuran yang Arin mau.
"Kak, mundur. Arin nggak bisa napas," celetuk Arin yang sudah hampir kehabisan oksigen.
Andra menunduk. "Nafas aja, sayang. Kenapa coba?" Heran andra, ia tertawa kecil.
"Mundur dulu kak, diliatin banyak orang, ih." Arin mendorong dada bidang Andra.
"P-permisi,"
Arin menoleh pada seorang perempuan yang menghampirinya. Sementara Andra berjalan kebelakang Arin, guna menjaga jarak dengan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Andra [END]
Novela Juvenil~Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang taat beragama dijodohkan dengan cowok berandal dan kasar? •。ꪆৎ ˚ 𝆬 𓆇 𝂅ׄ Andra Gevano Seigara. cowok dingin yang menjabat sebagai ketua geng motor besar di jakarta, terpaksa menikah dengan perempuan ali...