22.

4K 213 24
                                    

Tok tok tok

klek klek

Seseorang yang tengah terlelap di dekapan kekasihnya merasa terganggu saat indera pendengarannya menangkap suara pintu di ketuk dan seseorang di luar mencoba memutar knob nya. Ia mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk, matanya menjelajahi sekeliling ruangan berhenti di sebuah jarum yang bergerak pelan menunjukkan pukul 9 pagi membuat matanya membulat sempurna.

"Sen bangun Sen ada yang dateng." ucap Nata memukul dada kekasihnya membuatnya tersentak.

Nata segera menyambar pakaiannya berlari menuju kamar mandi di ikuti Rasen, mereka segera mengenakan pakaiannya membersihkan badan sekena nya.
Nata bergegas membuka pintu sedangkan Rasen memeriksa brankar akibat ulahnya semalam.
Nampak seorang dokter, suster yang membawa nampan sarapan dan bunda nya yang tengah berdiri di depan pintu.

"selamat pagi dok." ucap Nata dengan senyuman kikuk.

"pagiii." balas dokter ramah.

"loh kok di sofa?" ucap Arin setelah memasuki ruangan berjalan menghampiri Rasen yang setengah badannya di balut selimut dengan mata memejam.

"dok tolong dok ini rembes darahnya." ucap Arin panik melihat darah merembes di perban Rasen membuat dokter bergegas mendekat.

"maaf ya ganggu tidurnya." ucap dokter melihat luka Rasen.

Rasen mengerjap lalu membuka matanya penuh bergegas duduk untuk memudahkan dokter yang membungkuk di sampingnya.

"silahkan duduk dok." ucap Rasen dengan suara khas bangun tidurnya membuat Nata menahan senyum.

"kenapa tidur di sofa?"
"jarum infusnya kemana ini?" tanya dokter sembari membuka perban Rasen untuk menggantinya.

"jatoh dok." ucap Rasen dan dokter meliriknya sekilas.

"kok bisa?" tanya Arin.

"pas tidur bunda." jawab Rasen membuat Nata berpikir, pasalnya dia pertama kalinya mendengar ada temannya yang tidak memanggil bundanya tante.

"bagian bawah ranjangnya ada  yang patah."
"trus Rasen jatoh ketarik infusnya."
"terpaksa tidur di sofa bareng Nata." jelas Rasen membuat dokter mengalihkan pandangan menatapnya.

"brankar lama ya dok?"
"bahaya banget." celetuk Rasen menatap dokter.

"kenapa tidak panggil dokter yang bertugas?"

"udah kemaleman dok."
"kasian."
"lagian saya kuat nahan kok, jadi nggakpapa." dokter mengangguk dengan jawaban Rasen.

"maaf atas ketidaknyamanannya."
"nanti akan saya informasikan pada pihak rumah sakit."

"sudah selesai."
"untuk sementara lukanya  jangan terkena air dulu."
"dijaga kebersihannya dan sering-sering di ganti perbannya."
"setelah sarapan sudah boleh pulang." Rasen mengangguk.

"trimakasih dok." ucap Arin.

"bungkusan di nakas samping brankar sarapan buat mas Nata yaaa." ucap Arin menatap sekotak nasi di nakas.

"ayo sini Sen sarapan dulu, bunda suapin." ucap Arin dan Rasen mendekat. Interaksi dua orang tersebut tak luput dari perhatian Nata. Dia merasa aneh pasalnya baru dua kali Rasen dan bunda nya bertemu namun kedekatan mereka layaknya dua orang yang sering berinteraksi, bahkan Dewa yang sering ke toko membantu bundanya tak bisa sedekat ini, pikir Nata.

"anaknya bunda siapa sih?" protes Nata yang mulai tak terima melihat Arin lebih dekat dengan Rasen.

"mas Nata lah." ucap Arin tanpa menoleh dan Rasen melirik Nata memasang wajah mengejek.
"mas Nata kan udah sering manja ke bunda, gantian Rasen dong." lanjutnya.

TROUBLEMAKERS || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang