16.

2.9K 233 19
                                    

Seorang laki-laki cantik tengah merebahkan dirinya di ranjang diam menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan yang campur aduk.

Dia merasa kecewa dengan kenyataan yang membuat harapannya berantakan dan lebih kecewa lagi saat  tau siapa pelaku di balik itu semua.
Dia merasa kesal disaat mencoba berdamai dengan keadaan, mencoba memaafkan semua perbuatan Rasen padanya tapi berujung dengan kenyataan yang melukainya.

Hatinya sesak ingin menangis tapi entah kenapa airmatanya tak ingin luruh. Ia memejam tersenyum tipis membayangkan kebodohannya kemarin yang mengira itu adalah Sadewa.

"apa kebodohan gw kemarin keliatan lucu Sen?" tanya nya sendirian.
"apa karna gw berbeda lo beranggapan bisa mainin perasaan gw seenaknya?"

Ditengah rumitnya pikiran Nata tiba-tiba pintunya terbuka, ia menoleh dan melihat sang bunda berdiri diambang pintu membuatnya segera duduk.

"bunda liat akhir-akhir ini murung terus kenapa?" tanya Arin berjalan mendekat ke arah anaknya duduk di sebelahnya.
"ada apa?"
"ujiannya susah?" Nata menggeleng.

"Nata mau peluk." Arin tersenyum merentangkan tangan dan Nata menghambur ke pelukannya.

Airmata yang sedari tadi susah payah keluar tiba-tiba luruh saat Nata berada di pelukan ibundanya, seakan mencurahkan semua kekecewaannya.

"bunda." panggil Nata dan Arin mengusap surai putranya lembut.

"kenapa hmm?"
Nata melepas pelukannya mengusap sisa airmatanya lalu menatap bundanya.

"apa karna Nata berbeda jadi orang lain bebas mainin perasaan Nata?"
"apa karna Nata berbeda, Nata gak boleh ngerasain bahagia juga bunda?"
Arin yang sedari awal sudah mengetahui anaknya mempunyai ketertarikan berbeda mulai paham apa yang membuatnya murung.

"siapa yang bikin anak bunda berpikir kayak gitu?"

"Rasen."
"anak yang waktu itu jemput Nata di toko."
"dia ngerjain Nata nyamar jadi kak Dew."
"suka kirim sesuatu yang bikin Nata semakin berharap besar sama kak Dew." jelas Nata mengadu seperti anak kecil yang sedang dijahili temannya.

"apa karna Nata bukan heteroseksual jadi Rasen pikir bisa mainin perasaan Nata bunda?"
"Nata yakin dia tau Nata suka kak Dew tapi dia bikin Nata berharap tinggi, seenaknya mainin perasaan Nata."
"ngetawain kebodohan Nata yang tertipu sama permainan dia."
"Nata selalu diam tiap kali dia bikin masalah sama Nata."
"Nata mutusin buat terus maafin dia sesuai saran bunda."
"tapi dia terus-terusan jadiin Nata mainannya."
"Nata manusia bunda Nata juga punya perasaan."
"Nata gak suka bunda, Nata benci Rasen." curhat Nata mengeluarkan semua hal yang membuatnya kesal dan kecewa.

"bunda tau mas Nata kesel."
"bunda juga kesel denger anak bunda di perlakukan kayak gitu."
"tapi mas Nata inget gak pesan bunda?" Nata mengangguk.

"selalu ambil sisi positif di keadaan negatif sekalipun." Arin tersenyum mendengar anaknya mengingat pesannya.

"bunda gak bela Rasen, bunda tau Rasen salah."
"tapi Rasen pasti punya alasan sendiri kenapa dia lakuin itu."
"bunda gak membenarkan perilaku Rasen."
"kita bisa ngontrol diri tapi kita gak bisa ngendaliin perbuatan orang lain ke kita." Arin menjeda ucapannya.

"kalau Nata gak suka cukup diam aja, jangan di balas."
"kalo Nata pingin hukum Rasen, cukup diemin aja jangan di perdulikan, kalo Rasen merasa bersalah, itu pasti menyakitkan buat dia." Nata mengangguk.

"yaudah bunda keluar ya."
"istirahat yang cukup, biar fokus ujiannya." Nata kembali mengangguk.
Arin beranjak keluar dari kamar anaknya.

Nata kembali merebahkan diri kembali bergelung dengan isi kepalanya.
Dia merasa kecewa itu bukan dari Dewa tapi di saat yang sama dia juga menyadari perasaannya pada Sadewa tak sebesar itu untuk menangis meratapi kekecewaannya.

TROUBLEMAKERS || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang