25.

3.2K 193 8
                                    

Seorang pria paruh baya pemilik gedung pencakar langit dengan ratusan karyawan yang bekerja di bawah kepemimpinannya tengah duduk di singgasana kebesaran dengan orang kepercayaannya yang berdiri di depan meja dengan posisi tangan di lipat ke belakang siap memberi laporan yang di minta sang atasan.

"bagaimana?" tanya pria tersebut.

"perkembangannya cukup baik, Sir."

"jangan dulu bicarakan perkembangannya."
"bicarakan dulu kondisinya." sekretaris tersebut membungkuk kecil tanda permintaan maaf.

"luka tancapan belati di lengan kiri, Sir."
"mendapat 16 jahitan." pria paruh baya tersebut mengangguk tipis.

"tak pulang?" selidiknya penuh tekanan.

"tuan muda memilih pulang kerumah pemuda tampan yang setahun lalu saya selidiki atas perintah anda Sir." ujung bibir pria tersebut tertarik kecil.

"bagaimana dengan sekolahnya?"

"tuan muda mendapat rata-rata tertinggi Sir." pria paruh baya tersebut menegakkan tubuhnya tak menyangka dengan informasi yang di terima.

"ulangi." titahnya dengan ekspresi tercengang.

"tuan muda mendapat rata-rata tertinggi di jurusannya Sir." tawa menggelegar terdengar nyaring memenuhi seisi ruangan.

"tak salah aku mengambil keputusan itu." Ia berdiri melangkah melewati bawahannya.

"pulang dan berikan ponselku, aku ingin menghukumnya." ucapnya berjalan dengan pria gagah yang mengikuti di belakangnya.

•••

Pemuda tampan dengan semua pesona nya tengah menyangga kedua pipinya dengan siku yang bertumpu diatas meja bundar menahan senyum menatap kekasihnya yang sedang menangis di pelukan bundanya tak terima dengan pencapaian yang di raihnya.

"Rasen curang bunda hiks." semua orang tau dia adalah murid tampan dengan sikap acuh dan tenangnya namun kali ini adalah kesempatan emas bagi Rasen dapat menyaksikan sisi manja dan kekanakan kekasihnya.

"Nata udah serius belajar tapi Rasen yang dapet rata-rata tertinggi hiks."
"padahal Nata liat dia cuma naruh kepalanya di mejaaa hiks." adunya pada sang bunda menunjuk Rasen membuat sang sasaran menahan tawa gemasnya pada Nata.

"mas Nata udah bagus kok."
"posisi dua kan."

"cengeng begitu nggak cocok di panggil mas bun." goda Rasen membuat tangis Nata semakin menjadi.

"Nata ngecewain bundaaa." ucapnya masih dengan tangisan.

Arin menegakkan badan putra nya menatap sang anak dengan tatapan sayang.

"semua orang pasti pernah rasain namanya di bawah dan di atas."
"semua ada masanya." Arin mengusap rambut anaknya.

"meskipun nilai kamu turun tapi bunda tetep bangga karna mas Nata udah berusaha semaksimal mungkin."
"jangan putus asa ya, bunda bangga sama kalian berdua." ucap Arin mampu membuat Rasen yang merindukan sosok ibu meneteskan airmata.

"sini." Arin melambai ke arah Rasen menyuruhnya mendekat.
Arin memeluk Nata dan Rasen berdiri memeluk Nata dan bundanya.

Nata melepas pelukan pada bunda nya membuat mereka terpisah.

"jadi ke caffe?" Rasen mengangguk.

"mau ngapain?" selidik Arin.

"mau minta matcha yang banyak sama dia." ucap Nata menunjuk Rasen dengan wajah cemberut lucu membuat dua orang di dekatnya terkekeh.

Rasen menghapus sisa airmata Nata mengacak singkat surai hitam lembutnya.

"berangkat bunda." Arin mengangguk dan sepasang kekasih tersebut beranjak dari tempatnya.

TROUBLEMAKERS || JOYLADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang