••• Bab 4

177 34 9
                                    

Selain menyukai arsitektur, Baskara juga terkenal sebagai atlet basket. Baskara memang seaktif itu, ia selalu berpikir bahwa masa muda harus dinikmati. Ia tidak mau membuang-buang waktu hanya dengan berleha-leha nongkrong sana-sini.

Sudah banyak kejuaraan-kejuaraan yang diraih oleh tim nya. Setelah kehilangan Jasmine, semenjak ada pertandingan, ia tidak lagi mempunyai supporter special. Tapi kali ini dia bersama Keira. Keira duduk diatas tribun ditemani oleh Retha dan juga bersama supporter lainnya.

“BASKARA, AYO SEMANGAT!” teriak nya dari arah tribun.

Baskara melambaikan tangannya ke arah Keira.

“Cie yang udah punya supporter special lagi” ledek Zydane menyenggol lengan kiri Baskara.

Setelah pertandingan selesai. Retha menemani Keira untuk bertemu dengan Baskara di ruangan. Keira membawakan handuk kecil berwarna abu-abu yang sudah di design khusus untuk kekasihnya itu.

“Selamat ya, sayang, untuk kamu sama tim kamu. Kalian keren banget tau!”

Baskara mengacak pelan puncak kepala Keira. “makasih, ya. Handuk nya bakal jadi handuk favoritku. Pasti aku bawa terus kalau ada pertandingan”

Saling support adalah hal yang selalu mereka lakukan didalam hubungan. Merayakan dan mengapresiasi hal-hal sekecil apapun membuat hubungan mereka makin erat.

Di sisi lain, Retha menghampiri Zydane yang tengah duduk.

“Buat lo” Retha memberikan minuman dalam tumblr yang terdapat nama Zydane di botol nya.

Zydane tersenyum manis seraya meraih tumblr itu. “thank you

Dibandingkan dengan Keira dan Baskara, Retha mengenal Zydane dari lama. Pasalnya Zydane adalah teman dari semasa SMA.

“Sama-sama, my bestie

Zydane meneguk minuman itu. “Kapan ya, Tha, lo gak cuma jadi bestie gue, tapi jadi girl friend gue?”

“Zy, bahkan dari dulu lo tau jawabannya”

"Dengan lo jadi sahabat gue, itu udah lebih dari cukup. Gue masih belum berani untuk jadi pacar lo. Bukan apa-apa, karena gue gak akan pernah siap kehilangan lo jika didepan sana ternyata tiba-tiba kita putus, Zy."

Selama ini memang perasaan Zydane hanya untuk Retha, begitu juga sebaliknya. Mereka adalah dua orang yang tidak berani untuk menjadi satu karena takut kehilangan. Perjalanan masih panjang, waktu menikah juga masih terasa jauh. Tapi bagi mereka, dengan mereka seperti ini,mereka sudah lebih dari bersyukur karena sedari SMA mereka tidak pernah lost.

Mereka seperti berdiri diambang keraguan. Mau melangkah tapi takut. Seolah seperti menjalani hubungan tanpa status. Biarlah.. Menyayangi seseorang memang tidak selamanya akan menjadi satu bukan?

“Mungkin kalau kita masih punya rasa yang sama di 4 tahun ke depan, gue rela ikut ke agama lo. Cinta memang harus ada yang dikorbankan dan harus terus diperjuangkan kan, Tha?” tatapan Zydane tak beralih selain menatap Retha. 

Retha tak berkutik. Zydane memang setulus itu. Hanya saja dengan perbedaan ini yang sedikit menganggu mereka.

"Gue harap ucapan lo itu bisa lo tepati, Zy. I don’t know what I feel anymore. I will be waiting for you"

•••

Di pertandingan-pertandingan selanjutnya, di kegiatan-kegiatan berikutnya, Keira selalu menemani Baskara.  Baskara tidak ingin Keira merasa kesepian lagi. Tidak lupa ia selalu mengelus kepala Keira sebelum pulang.

Pagi harinya, Baskara sudah berada di rumah Keira. Hari ini adalah hari weekend. Mereka ingin menghabiskan waktu bersama.

“Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Mau ikut?” tanya Baskara sambil menyuapi Keira bubur ayam.

“Mau kemana?” tanya nya penasaran.

Setelah selesai sarapan, Baskara melajukan mobil nya ke tempat yang ingin ia tuju bersama Keira.

“Tempat pemakaman umum griya asri”  Keira mengeja tulisan papan itu.

“Kenapa kita kesini? Mau datang ke makam siapa?” Keira sedikit bingung. Selama ini soalnya Baskara tidak pernah cerita kepada nya tentang siapapun yang meninggal.

Dituntun lah Keira ke makam yang terdapat nama Alea Jasmine pada batu nisan nya,

“Jasmine?”

Baskara mulai menaburi makam itu dengan bunga yang sudah dibeli nya di depan. Keira masih terlihat bingung.

“Kei, ini Jasmine. Sebelum kenal sama kamu, dia adalah wanitaku. Mungkin kalau dia masih hidup, aku sampai sekarang belum kenal sama kamu. Tapi sayang nya, umur dia gak lama dan sekarang aku bisa mengenal wanita sebaik kamu, Kei”

Keira terus menatap mata Baskara yang terlihat sendu. Terdapat ada kerinduan yang mendalam disana.

"Jasmine, pasti kamu wanita baik, pintar dan juga cantik. Baskara kelihatan masih sayang banget sama kamu padahal kamu udah ninggalin dia dari satu tahun yang lalu"

Keira merangkul Baskara. Keira sedikit paham apa yang sedang dirasakan kekasihnya itu. Meskipun Keira tau, di hati Baskara pasti masih ada Jasmine, terlihat dari tatapan Baskara yang masih menatap batu nisan itu.

“Mine, kenalin, ini Keira. Dia wanita ku sekarang. Dia baik seperti kamu, selalu mendukung apapun yang ingin aku kejar. Kalau kamu liat dari atas sana, she is beautiful, right?” tatapan Baskara kini beralih pada Keira. Ia mengelus pipi Keira lembut. Tutur katanya sangat hangat. Wajar jika Jasmine menjadikan Baskara sebagai cinta terakhirnya.

“Aku ngerti kenapa kamu nerima cinta Baskara waktu itu. Baskara memang sehangat itu, ya, Mine? Rasanya di dunia ini tidak ada yang lebih baik selain Baskara? Aku bener gak sih? Atau cuma aku aja yang ngerasa begini? Hahaha, pasti kamu disana juga jawab begitu”

Baskara tertawa kecil mendengar obrolan Keira pada makam Jasmine. Seakan-akan mereka benar-benar sedang berbicara.

“Sekarang, cintanya aku cuma kamu, Kei. I’ll be there for you




•••

Jangan lupa vote and comment nya!
See you in the next chapter 🥰

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang