••• Bab 5

180 34 7
                                    

Dari Baskara, Keira belajar bahwa semua harus dilakukan mulai hari ini. Karena kita tidak tau apa yang akan terjadi besok atau setelahnya. Keira mengambil alat rajut nya yang tergeletak begitu saja di meja belajarnya. Ia mulai menguntai benang berwarna biru muda yang dicampurnya dengan warna putih. Ia berpikir akan membuat sarung tangan. Nggak apa-apa deh sedikit malu-maluin karena menggunakan benang berwarna terang.

He wasn't my everything 'til we were nothing
And it's taking me a lot to say
But now that he's gone, my heart is missing something
So it's time I push my pride away
Cause you are
You are
You are my everything

Alunan lagu Ariana Grande tersebut menemani Keira menemani tentram nya suasana pada hari ini.
Mungkin dengan suasana yang seperti ini adalah suatu kesenangan bagi orang yang sedikit introvert.

If I cross your mind just know I'm yours
'Cause what we got is worth fighting for

Tiba-tiba saja suara laki-laki masuk sambil mengikuti alunan lagu tersebut.
Keira dengan sigap langsung berdiri dan berlari ke arah Baskara. Baskara memeluk erat Keira.

"Lagi apa, sayang?"

"Aku lagi bikin sesuatu buat kamu" Keira menunjukkan hasil rajutannya yang baru jadi setengah bagian itu.

"Sarung tangan?" Baskara menebak seraya mengamati bentuk rajutan yang belum jadi itu.

"Iyap! Tapi belum jadi, hehe"
Baskara mencubit pelan kedua pipi Keira karena merasa gemas dengan perempuan itu.

"Gemesin banget sih kamu. Aku bantu bikin ya?" Baskara mulai meraih alat rajutan dari tempatnya.

"Emangnya kamu bisa? Kamu kan bisanya bikin gambar bangunan, mana bisa kamu merajut? hahaha" Keira terkekeh meremehkan Baskara.

"Ohhh jadi kamu ngeremehin aku?" ujar Baskara tidak terima. Ia langsung menggelitik perut Keira sambil tertawa puas melihat wajah Keira yang memerah.

"Baskaraa ampunnnn.. geli tauuu!"

•••

"Menurut lo, gue sama Zydane harus gimana ya, Kei?" Tanya Retha sambil menyeruput hot chocolate nya.

"Kamu gak mau nyoba buat jalanin dulu gitu?" tanya Keira berbalik.

"Kalau boleh jujur, sebenarnya gue udah nyaman banget kayak gini. Gue terlalu takut, Kei. Apalagi gue sama dia itu beda, ending nya udah ketebak"

"Tapi ya, Kei. Kadang gue juga pengen divalidasi. Tapi kan ini udah keputusan gue sama Zydane" lanjut Retha.

Sebelum menjawab omongan Retha, Keira menaruh piring kotornya terlebih dulu ke wastafel.

"Menurut aku, cinta beda agama itu emang satu hal yang ending nya belum pasti ketebak. Tapi yang udah pasti dalam ngelajanin hubungannya itu harus disertai rasa Ikhlas yang dalam, Tha. Entah itu rasa Ikhlas untuk pindah, atau rasa Ikhlas untuk berpisah"

Retha menarik napas nya dalam-dalam. Selama masa SMA dan bahkan sampai sekarang, ia masih menyukai Zydane.

"Gue beneran harus nunggu 4 tahun dulu, ya, Zy, baru gue bisa tau ending cerita kita gimana?"

•••

Sehabis Maghrib, Baskara mengunjungi rumah Keira. Keira yang baru selesai melipat mukena langsung berlari untuk membukakan pintu yang dikunci.

"Habis sholat, ya, kamu?" tebak Baskara.

"Iya, kamu udah sholat?"

"Udah, tadi aku berenti dulu di masjid pas azan. Gimana, sarung tanganku udah jadi?"

Dengan penuh ceria Keira berlari ke kamarnya untuk mengambil sarung tangan buatannya.

"Tadaaa! Gimana, kamu suka nggak?"

Baskara meraih sarung tangan itu dan menilainya.

"Lucu, gemesin, kayak kamu"

"Makasih banyak, ya, cantik"

Baskara seperti sudah menjadi blush on berbentuk manusia bagi Keira. Pasalnya tutur kata dan perlakuan Baskara selalu membuat Keira blushing.

"Sama-sama, sayang"

Baskara bersandar pada sofa putih kesukaan nya jika ia sedang bermain dirumah Keira.

"Oh iya sayang, besok kan papa nikah. Kamu temenin aku, ya? Aku gak mau pergi sendiri" ucap Keira yang sedang menuangkan minum untuk Baskara.

"Boleh, sayang. Aku bakal temenin kamu kesana. Kita mau pake baju apa? Kemeja couple or batik couple?"

Keira tertawa kecil mendengar jawaban Baskara. "Kenapa jadi kamu yang lebih effort? Aneh deh kamu, Bas"

"Aneh-aneh gini tapi kamu sayang, kan?" Baskara kemudian menarik Keira agar duduk dipangkuannya. Kalau saja ada satu kata diatas kata salah tingkah, mungkin itu adalah yang dirasakan Keira saat dia sedang bersama Baskara.

•••

Keira dan Baskara datang setelah selesai akad. Mereka berdua menghampiri kedua pengantin untuk mengucapkan selamat.

"Anak papa, kamu beneran datang?" ucap Ari sambil memegang kedua bahu Keira.

"Ini siapa, sayang?" tanya Ari ketika melihat pria yang berdiri disebelah Keira menggunakan batik bermotif sama dengan gadisnya itu.

Keira mengenalkan Baskara pada papanya. "Ini Baskara, Pa. Pacar Keira"

"Om, selamat ya, atas pernikahannya" ucap Baskara disambut hangat oleh Ari.

Tak hanya pada Ari, Keira juga bersalaman dengan Devi, istri baru papa nya. Setelah bersalaman, Keira langsung menghindari Devi ketika Devi ingin mencium kening nya.

Devi langsung mengurungkan niatnya sambil tersenyum memperhatikan Keira. Baskara yang menyadari hal itu langsung mengajak Keira untuk turun dari pelaminan.

"Kamu masih belum bisa nerima tante Devi sepenuhnya, ya?" tanya Baskara sambil mengelus pelan dagu Keira. Keira menggeleng.

"Aku mau pergi dari sini, Bas. Aku gak mau disini" isak Keira.

Baskara memeluknya. Ia paham dengan perasaan gadis itu. Ia membiarkan dulu Keira dalam pelukannya sampai perasaannya sedikit tenang.

"Aku antar kamu pulang, ya?" tawar Baskara ketika Keira mulai berhenti menangis. Keira menurut. Ternyata ia tak sekuat itu melihat papa nya yang sudah menikah lagi.

Sedangkan mama nya, bagaimana? Semenjak bercerai, Lidia pindah ke Singapore.

Dengan Keira memilih untuk tinggal sendiri, baginya itu adalah keputusan yang tepat. Tapi yang Keira ingin, bagaimanapun kehidupan orang tua nya, mereka ingat kalau mereka punya Keira yang harus dijenguk dan tetap merasai rasanya kasih sayang orang tua.



•••

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang