••• Bab 20

143 9 0
                                    

Retha memasuki ruang inap Keira. Disana sudah ada Rascal yang sedang bermain game online di sofa.

“Gimana, udah enakan?” tanya Retha yang sudah berdiri disebelah ranjang Keira seraya membantu Keira untuk duduk.

“Udah..”

“Tha, pengen keluar deh, bosen disini” pinta Keira.

“Emang udah boleh keluar-keluar?” tanya Retha.

Keira mengangkat sedikit bahunya dan melihat ke arah Rascal.

“Gue ambilin kursi roda dulu, bentar, ya” ucap Rascal. Si manusia paling act of service.

Keira tersenyum senang. Ia benar-benar ingin menghirup udara segar.

Tak lama kemudian, Rascal kembali ke ruangan membawa sebuah kursi roda. Ia hentikan kursi roda nya di sebelah ranjang. Rascal dan Retha membantu Keira untuk turun dan duduk di kursi roda.

“Pelan-pelan, Kei” ucap Retha.

“Makasih, ya, sayang banget deh sama kalian” ucap Keira merasa senang. Keira sangat bersyukur dipertemukan dengan teman-teman baik seperti mereka.

“Biar gue aja yang bawa Keira ke taman” ucap Retha pada Rascal.

Detik itu juga, dari balik pintu ruangan, orang yang Keira harapkan datang, orang yang Keira rindu-rindukan berlari kecil menenteng flower bouquet di tangannya.

“Baskara!” panggil Keira dengan senyum nya yang merekah.

Setelah menutup pintu, Baskara berlari kecil ke arah gadis yang tengah duduk di kursi roda itu.

“Jasmine, kamu nggak papa??”

DEG!

Pertanyaan yang dilontarkan membuat keadaan seketika menjadi hening. Senyum gadis itu terlihat luntur. Retha dan Rascal saling melirik satu sama lain. Keira yang tadinya menatap Baskara, ia langsung membuang pandangannya ke arah lain. Mata nya juga mulai berkaca-kaca. Hatinya seperti ter-iris saat itu juga.

Baskara menghela napasnya. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia sadar, bahwa gadis di depannya itu bukan lah Jasmine.

Buru-buru Baskara meraih tangan Keira. “Kei, s-sorry.. Aku nggak bermaksud—”

Namun ucapannya terhenti saat Rascal tiba-tiba menarik tangan laki-laki itu dan membawa nya keluar ruangan. Terlihat wajah emosi Rascal disana.

“Maksud lo apa nyebut nama Jasmine kayak gitu di depan Keira? Mereka bukan orang yang sama, Bas. Mereka beda!” ucap Rascal tegas.

“Sadar, Bas! Jasmine udah nggak ada! Lo pikir dengan kedatangan lo yang kayak gini bakal bikin Keira senang? Lo malah bikin dia tambah sakit!” ucap Rascal dengan nada yang meninggi.

Baskara hanya terdiam.

Memori-memori lamanya seakan berputar saat kondisi Jasmine sedang kritis di rumah sakit. Waktu itu dirinya tidak bisa menemani, karena ada pertandingan basket.

“Gue ngerti kalau lo sampai sekarang masih belum benar-benar move on dari Jasmine. Tapi nggak gini, Bas. Sampai kapan lo mau jadiin Keira perantara biar lo bisa lupain Jasmine?! Lo gila, Bas!”

“Cal, please stop!” ucap Baskara dengan napas nya yang naik turun menahan emosi.

“Lo yang seharus nya stop buat berhubungan sama Keira. Asal lo tau, Bas, dia punya wish list yang pengen dia lakuin berdua sama lo. Tapi apa? nggak ada satupun wish nya dia yang bisa lo penuhin! dan lo mau tau apa wish list terakhir yang dia tulis? Dia mau nikah sama lo, tapi lo malah bersikap kayak gini sama dia. Lo malah nunjukin kalau lo belum bisa ngelupain Jasmine, dan lo belum bisa menjadikan Keira satu-satu nya. Mulai sekarang mending lo pergi dari kehidupan Keira, Bas!”

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang