••• Bab 7

130 29 12
                                    

Sinar matahari terhalang masuk oleh gorden berwarna putih transparan. Ponsel Keira yang tepat berada di samping bantal berbunyi, memperdengarkan deringan suara alarm. Ponsel nya dibiarkan berbunyi begitu saja, karena ia masih sangat mengantuk. Tapi kemudian ponsel nya berdering lagi karena ada panggilan masuk dari Ari. Tangan Keira meraba-raba sekitar untuk meraih ponsel nya dan mengangkat panggilan itu dengan mata yang masih sedikit terpejam.

“Halo”

Halo sayang, papa sekarang lagi dijalan menuju ke rumah kamu. Mungkin papa akan menginap semalaman disana, karena tante Devi katanya pengen banget main di rumah kamu”

Mendengar ucapan itu, Keira langsung bangkit dari tidurnya. Ah menyebalkan sekali. Keira bukannya tidak senang papa nya ingin main ke rumah, tetapi ia masih belum bisa menerima Devi yang hadir dalam hidupnya.

Waktu orang tua mereka sedang baik-baik saja, Devi lah orang yang sudah merusak kebahagian itu. Mungkin bisa dibilang bahwa Devi adalah pelakor. Karena Devi selalu punya alasan untuk bisa terus bersamaan dengan Ari. Karena sebelumnya Devi adalah sekretaris Ari selaku CEO di perusahaan.

Selain itu, dari sudut Lidia, Lidia sangat tidak bisa menerima jika Devi tetap dipertahankan sebagai sekretaris nya. Bahkan hampir setiap jam Lidia menghubungi suami nya itu untuk memastikan kabar sedang berkegiatan apa di kantor nya.

Tetapi selalu ada peluang bagi Ari dan Devi untuk berpergian di luar jam kantor.

Keira langsung buru-buru mandi dan bersiap untuk pergi ke mini market yang tidak jauh dari rumah nya. Ia berbelanja beberapa sayuran, daging dan juga cemilan.

Tepat pukul 10.00 mereka sampai. Saat turun dari mobil, Devi langsung melihat sekitar rumah yang tampak asri itu meski hanya ditempati seorang gadis. Rumah nya terlihat rapi dengan taaman-tanaman yang terawat di halaman nya.

“Ayo sayang, kita masuk” Ucap Ari setelah mengunci mobil nya.

Ari memencet bel pintu rumah itu. Tak menunggu lama, Keira langsung membukakan pintu.

“Hai, Pa” sapa Keira memeluk papa nya itu.

“Hai, sayang. Gimana kabar kamu? Sehat?”

“Alhamdulilah, Kei sehat”

Keira pandangannya kini melirik ke arah Devi yang sedang tersenyum. “Hai, anak tante” sapa nya sambil mengelus tangan kanan Keira. Keira hanya membalas sapaan nya dengan tersenyum tipis.

“Wah.. kamu suka design ya?” ucap nya saat melihat beberapa gambaran design yang masih terletak di atas meja ruang tamu.

“Di kampus nya Keira ini mengambil jurusan designer, soal nya waktu kecil, dia suka banget gambar-gambar baju buat boneka barbie nya” ujar Ari.

Sangat jelas bahwa Devi belum mengenali anak semata wayang Ari. Keira tampak malas melihat wajah dari sang pelakor yang kini menjadi ibu sambung nya.

Untuk memecah kecanggungan, Ari mengajak istri dan anak nya itu untuk berjalan-jalan mengunjungi kota.  Langit yang cerah itu tampak menyetujui rencana Ari. Di sepanjang jalan, Keira tidak begitu banyak bicara. Karena ia tidak tertarik untuk mengobrol dengan ibu sambung nya itu. Keira hanya fokus dengan ponsel nya untuk mengabari Baskara dan sesekali menatap ke arah jalan.

“Kamu gak ajak pacar mu itu, Kei? Siapa namanya? Papa lupa” tanya Ari memecah keheningan.

“Baskara lagi ada kegiatan di kampus nya. Mungkin nanti malam dia ke rumah” jawab Keira.

“Baskara sering main ke rumah ya? Kamu berduaan terus dong sama dia? Jaga diri ya Kei, gak baik berduaan terus sama laki-laki yang belum muhrim. Nanti takut terjadi yang nggak-nggak” ucap Devi yang tiba-tiba berceramah tanpa berkaca.

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang