••• Bab 10

144 20 2
                                    

“Zy, lo gak mau cari pacar yang seagama aja? Emang lo gak capek ya Zy nunggu kayak gini?” ucapan Retha tersebut membuat Zydane sedikit terdiam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah langit malam.

Zydane menghela napas nya pelan. “Kalau gue mau, gue udah lakuin hal itu dari kemarin-kemarin. Gue tau lo pasti juga ngerti perasaan gue, Tha” Zydane menoleh ke arah perempuan disebelahnya itu.

Hubungan mereka seperti seakan-akan berjalan, padahal tidak kemana-mana.

Mengapa batas mereka terlalu tinggi? Mengapa perasaan mereka harus sama dengan keadaan yang berbeda? Retha hanya ingin Zydane bahagia. Pasalnya, Retha sangat tau Zydane sangat ingin memiliki seorang kekasih. Namun diluar semua itu, Zydane hanya menginginkan Retha. Retha pun begitu, tetapi ia tidak memaksakan Zydane.

“Tunggu gue sebentar lagi ya, Tha. Gue harus benar-benar yakin. Gue bakal nepatin janji gue, please, jangan kemana-mana..” lirih Zydane. Tatapan nya sangat sendu.

Suasana malam yang hangat itu terasa sedikit dingin untuk mereka berdua.

“Tapi kalau lo udah gak punya perasaan sama gue tolong bilang ya, Tha. Gue juga maunya lo bahagia sama pilihan lo sendiri” lanjut Zydane dengan senyum tipis nya.

Retha menyenderkan kepalanya pada bahu Zydane. “Pilihan gue cuma lo, Zy”

Zydane membisu. Ia bahkan tidak tahu harus membalas ucapan Retha dengan kalimat apa. Meskipun ia senang, disisi lain ia merasa bersalah karena membuat Retha harus menunggu dengan semua ketidakpastian ini.

“Perasaan gue habis di lo, Zy”

•••

thank you, mba” ucap Baskara meraih ice cream cone itu dan memberikannya kepada Keira yang sedang menunggu di kursi.

thank you, sayang” ucap Keira.

“Retha sama Zydane belum sampai, ya?”

“Belum, mungkin sebentar lagi. Oh iya, Bas, kamu tau nggak? Sebentar lagi rencana bisnis ku bakal selesai. Tinggal nunggu bangunan butik nya jadi, dekor-dekor, launching deh” ucap Keira antusias.

Baskara terkesima mendengar kabar itu. “Oh ya? Hebat banget kamu. Nanti aku bantu dekor ya” Baskara menawarkan diri. Tentu saja Keira akan senang. Sudah lama Baskara tidak ikut andil membantu usaha Keira karena mereka juga sudah sibuk masing-masing.

“Maaf ya, sayang, dari kemarin aku belum bisa banyak bantu kamu dan nemenin kamu untuk ngurus semua itu”

It’s ok.. Aku ngerti kamu kan juga sibuk”

Baskara meraih tisu yang tersedia di atas meja. Ia mengusap pelan bibir pink Keira yang belepotan ice cream vanilla itu. Keira tertegun memandang bola mata hitam Baskara.

“Waktu berlalu semakin cepat, ya, Bas. Aku nggak tau sebenarnya aku bisa ditinggal sama kamu atau nggak. Tapi kayaknya aku gak sesiap itu”

Pandangan Baskara juga beralih menatap Keira. “Hei, kok bengong?” Baskara mencolek hidung mancung Keira, membuat gadis Bali itu tersadar dari lamunannya.

“Balik ke hotel yuk. Udah larut. Mungkin Retha sama Zydane nggak jadi kesini” ajak Baskara yang langsung menggandeng wanita nya itu.

“Yuk”

•••

Sudah hampir dua minggu mereka berada di kota Bandung. Pada sore hari ini, mereka akan flight ke Bali. Suasana yang sedikit berawan itu seakan menggambarkan mereka yang ingin meninggalkan Bandung. Bandung dan segala kenangannya, Bandung dengan malam hari nya, dan Bandung dengan jalan Braga nya. Meskipun hanya dua minggu mereka disana, Bandung adalah kota yang harus mereka kunjungi lagi.

Dengan berakhirnya mereka di Bandung, kini tersisa dua minggu pula waktu yang Baskara punya untuk Keira di Bali. Tak terasa waktu berlalu. Hanya tinggal menghitung hari untuk Baskara pindah ke Denmark.

Sesampainya di Bali, Retha memutuskan untuk menginap di rumah Keira. Mereka memperhatikan tetangga Keira yang sepertinya sedang pindahan. Karena barang-barang dari rumah tersebut sedang diangkut ke mobil pickup.

“Teh Ayu pindahan?” tanya Retha pada Keira.

“Kayak nya iya, itu semua barang nya diangkut”

“Bagus deh kalau dia pindah” ucap Retha asal.

“Loh, kenapa? Emang kamu ada masalah sama dia?” tanya keira heran.

Retha menyengir. “kalau rumah nya kosong, itu berarti gue bisa pindah ke sebelah lo” jawabnya sambil menggeret koper ke dalam rumah.

Kalau kalian tanya kenapa gak sekalian aja mereka tinggal bareng? Jawabannya adalah karena mereka juga punya privasi nya masing-masing.

Setelah mengeringkan rambutnya, Keira meraih buku catatan kecil miliknya yang terletak di meja belajar. Di dalam buku tersebut terdapat wishlist yang ingin ia lakukan dengan Baskara setelah selesai kuliah.

 Di dalam buku tersebut terdapat wishlist yang ingin ia lakukan dengan Baskara setelah selesai kuliah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keira menghela napas nya. Ia mencoret bagian pertama wishlist nya itu. Wajah nya terlihat sedikit kecewa karena Baskara tidak menepati janji nya untuk membuatkan sketsa bangunan butik untuk Keira. Waktu yang begitu padat untuk latihan dan mengurus berkas-berkas untuk pindah ke Denmark membuat Baskara tidak sempat menepati janji nya itu. Lagi-lagi Keira paham.

 Lagi-lagi Keira paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

VOTE AND COMMENT NYA JANGAN LUPA🤩🤩

NEXT GA???

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang