••• Bab 22

11 3 0
                                    

Sore hari, Amira sudah sampai di butik milik Keira. Ia diantar oleh Rascal, tetapi Rascal langsung pergi untuk mengurus kepentingan nya.

Sesampainya di sana, Keira sudah menunggu nya di depan.

“Koleksi nya keren-keren banget, sih!” ucap Amira saat ia melihat koleksi Lavelle.

“Kamu boleh pilih dua baju yang kamu suka. Tenang, free kok, hehe”

“Serius? Baik banget sih kamu. Nanti aku posting deh biar teman-teman aku di Jakarta pada mampir ke Lavelle kalau lagi liburan kesini”

“Ah, kamu, Mir, bisa aja”

“Oh, iya, Kei. Soal waktu itu yang Rascal cerita tentang kamu, kamu jangan bilang-bilang ya sama dia”

“Emang nya Rascal cerita apa sih, Mir? Penasaran deh aku”

“Dia kagum sama kamu”

Keira membelalakkan matanya ketika mendegar pernyataan dari Amira.

“Kagum? Kagum dari mana nya? Hahaha, Mir.. Ada-ada aja deh. Padahal nih, ya, selama dia kenal sama aku, aku hampir setiap hari nyusahin dia terus” ucap Keira sambil tertawa.

“Ya itu sih terserah kamu ya mau percaya atau nggak. Tapi beneran deh, Rascal bilang begitu ke aku. Dan asal kamu tau, ini kali pertamanya dia cerita tentang cewek ke aku, Kei”

Keira terdiam sebentar. Kemudian ia teringat bagaimana setiap perlakuan Rascal kepada nya. Menemani, menjaga, bahkan bagaimana Rascal mengenalkan diri nya kepada Anita. Saat perkenalan pun, Rascal tidak memberi tahu kepada Anita bahwa Keira adalah pacar Baskara.

“Rascal suka sama kamu”

•••

Keira melepas kalung pemberian Baskara dari lehernya. Ia mengembalikannya lagi ke dalam kotak. Ia tidak akan menjual nya. Keira tetap akan menyimpannya, sebagai hadiah biasa.

Keira pikir, kalung itu akan menjadi alat pengingat ketika dirinya sedang rindu Baskara. Namun semua itu sudah selesai. Tidak ada lagi hal-hal yang harus Keira ingat tentang Baskara. Ia harus move on, karena hidup juga terus berlanjut.

Keira menyimpan semua barang pemberian dari Baskara dalam satu kotak berukuran sedang. Kemudian ia menaruh nya di dalam lemari kaca.

Ia membaringkan tubuh nya di atas kasur, pikirannya tiba-tiba teringat akan ucapan Amira tentang Rascal yang menyukai Keira. Untuk saat ini, Keira tidak ingin terburu-buru membuka hati lagi. Melupakan kenangan nya dengan Baskara juga bukan hal yang mudah. Keira tak ambil pusing, ia juga tidak ingin menegur Rascal karena Keira paham bahwa perasaan manusia itu alami, tidak bisa diatur. Jika benar-benar tulus.

•••

Anita sudah membuatkan sarapan untuk Rascal dan Amira. Namun satupun dari mereka belum ada yang keluar dari kamar.

“Rascal, Amira, sarapan dulu yuk” ucap nya dari ruang makan.

Tak lama kemudian, Amira turun, menghampiri Anita yang sudah duduk di ruang makan.

“Rascal belum keluar, Tan?”

“Belum, coba kamu samperin ke kamar nya. Jangan-jangan masih tidur dia”
Amira berjalan menuju kamar Rascal. Ia mengetuk pintu, namun belum ada respon dari dalam.

“Cal, gue masuk, ya?” ucap nya seraya perlahan membuka pintu kamar.
Benar saja, Rascal masih tertidur di ranjang nya. Amira langsung menghampiri Rascal untuk membangunkan laki-laki itu.

“Cal, bangun.. Mama lo udah—” ucapan nya terputus ketika Amira mendapati kening Rascal yang terasa panas.

“Cal, lo sakit?”

LAVELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang