Selarik cahaya matahari yang menelusup masuk lewat sela-sela gorden jatuh menimpa wajah sepasang manusia yang bergelung di balik selimut. Salah satu dari mereka mengerjapkan sepasang matanya. Lantas perlahan membuka, menyesuaikan cahaya sekitar yang sudah tampak terang. Lalu ia beralih menatap ke samping. Diikuti senyuman yang sempurna mengembang di wajahnya.
Masih ingat di ingatannya beberapa bulan yang lalu ia bergegas bangun sebab kesiangan. Padahal ia mempunyai janji temu yang amat penting. Hari itu ia bergegas bersiap, tidak sabaran saat di jalan. Semua memori di hari itu masih terekam jelas.
Dengan senyuman yang belum pudar. Ia mengeratkan pelukan pada manusia di sampingnya. Perempuan ini yang membuatnya beberapa bulan lalu diselimuti cemas sebab kesiangan. Pertemuan pertama setelah sekian tahun akhirnya membawanya pada hari ini. Perempuan itu ada dalam dekapannya. Tanpa jarak apapun.
Si perempuan tampak bergerak. Bukan karena tidurnya terusik. Melainkan memang sudah waktunya ia bangun. Sepasang mata yang terbuka perlahan beberapa kali berkedip. Lalu tatapannya jatuh pada sepasang mata yang sejak tadi menatapnya.
"Selamat pagi sayangku," kalimat itu menjadi pembuka pagi keduanya.
Si perempuan tersenyum, ikut mempererat pelukannya. "Pagi juga." Senyuman mengembang di wajahnya membuat sepasang matanya menyipit.
"Gimana tidurnya? Enak?"
Si perempuan mengangguk pelan.
"Mau mandi?"
"Iya, tapi bentar dulu. Susah ini bangunnya. Kamu lepasin dulu." Ucap Salma sembari melepaskan lengan Rony yang melingkar di tubuhnya.
"Aku gendong, mau?"
Si perempuan mendelik, "Gak ya."
"Ngeliatinnya biasa aja."
"Dah ah, mau mandi."
"Mandi bareng, mau gak?"
Si perempuan menggeleng cepat, "Gak."
"Udah halal ini."
"Tapi aku gak mau. Aku tau isi otak kamu ya."
Kalimat barusan mengundang tawa sekaligus ingatan semalam yang kembali terputar. Tadi malam seusai obrolan panjang mengenai banyak hal. Hal itu terjadi. Hal yang membuat keduanya sempurna sebagai sepasang suami istri.
Mengingat peristiwa semalam hatinya kembali berdesir.
"Aku tetep mau nyanyi ya."
"Iya," sahut Rony lembut. "Aku gak ngelarang loh."
"Tau," ucap Salma sambil menyamankan posisi dalam dekapan sang suami. "Cuma mengingatkan."
"Aku gak sepelupa itu."
"Sayang," Salma mendongak menatap Rony. "Kontrak sama label terus sama manajemen udah mau habis, kamu dapat tawaran perpanjangan?"
"Dapat, kenapa?"
"Mau perpanjang?"
Rony menggeleng bersama senyuman tipis, "Mau ngembangin diri di luar manajemen sama label."
"Indie gitu?"
"Iya," sahut Rony. "Susah sih pasti, kayak jalan dari nol lagi. Tapi itu salah satu mimpi aku. Punya manajemen sendiri, punya label sendiri."
"Kalau gitu, aku ikut kamu."
"Ikut kemana? Kan aku gak kemana-mana."
Salma merengut, ia mendaratkan cubitan ke perut Rony. "Gak lagi becanda."
"Sakit ih, suaminya kok dicubit."
"Bodo."
Rony mengembangkan senyum, mencubit pelan hidung Salma gemas. Sekarang kalau ia gemas pada Salma, Rony tidak perlu repot-repot menahan diri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menetap (sekuel Kembali) ON GOING
Fanfiction"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti harapan mereka saat pertama menyadari ada rasa yang berbeda. Semesta berpihak, takdir mereka memang...