Delapan

2K 195 4
                                    

Di atas Benteng Belgica. Sejauh mata memandang, hijaunya pepohonan, Gunung Api Banda di kejauhan dan laut yang membentang. Juga langit yang mulai ditumpahi warna jingga. Bersama orang yang dicintai di dalam pelukan. Momen yang berharga bagi siapapun. Termasuk bagi Salma dan Rony. Berdiri di atas Benteng Belgica sembari menikmati pemandangan di saat matahari nyaris hilang di batas cakrawala. Indah.

Detak jantung Rony terasa dekat sekali di pendengaran Salma yang menjatuhkan kepalanya di dalam dekapan Rony. Menikmati senja sambil mendengar detak jantung lelaki kesayangannya, membuat hati Salma penuh akan rasa bahagia.

Tidak ada kata di antara mereka sejak beberapa menit yang lalu. Hanya dekapan yang makin saling erat. Juga gurat bahagia yang nampak makin jelas. Rasanya lebih dari cukup. Kadang, dua orang yang berada berdekatan tidak perlu kata untuk berkomunikasi. Hanya perlu dekapan dan senyuman sebagai penggambaran betapa keduanya menikmati momen.

Keduanya masih saling diam, menikmati momen saat matahari tenggelam sambil saling dekap. Sementara isi kepala mereka sibuk masing-masing. Rony dengan segala kelegaannya, sebab akhirnya wanita yang bisa ia sebut istri pada seisi semesta adalah Salma. Dan Salma dengan segala kenangan masa lalu yang pada beberapa bagian memang membuatnya merasakan sesal, namun saat ini hatinya penuh dengan rasa bahagia.

"Sayang," panggil Salma pelan saat matahari sepenuhnya tenggelam.

"Ehm, apa?"

"Balik yuk," jawab Salma sambil menatap Rony yang kini menjatuhkan tatapannya ke arah Salma.

"Takut, serem." 

Rony tersenyum tipis, "Yaudah, ayok."

Rony dan Salma berjalan beriringan dengan tangan yang bertaut. Suasana yang mulai gelap sedikit membuat Salma merasa takut. Walau bagaimanapun, benteng ini sudah berdiri ratusan tahun dengan segala sejarah yang menyertainya. Banyak peristiwa yang terjadi. Bangunan ini menjadi saksi bisu untuk setiap peristiwa itu.

Sekalipun benteng ini menjadi objek wisata yang setiap hari selalu dikunjungi. Tetap saja kesan tuanya tidak akan pernah bisa diabaikan.

"Kamu tau gak, dulu benteng ini ..."

"Stop," Salma memotong cepat kalimat Rony. "Gak usah cerita apa yang kamu tahu tentang tempat ini."

Rony tergelak, "Takut?"

Salma mengangguk cepat, "Ayok." Katanya sambil mempercepat langkah menuju tangga. Mau tidak mau Rony ikut melajukan langkah kakinya.

Benteng Belgica berdiri ratusan tahun lalu, tepatnya pada abad ke-16. Benteng Belgica awalnya didirikan oleh bangsa Portugis sebelum dibangun kembali oleh Belanda dan dijadikan markas VOC -Vereenigde Oostindische Compagnie. VOC merupakan sebuah persekutuan badan dagang yang beroperasi di wilayah hindia timur, termasuk Indonesia.

Ada fakta menarik yang berhubungan dengan VOC. Pada masanya, VOC memiliki sebutan populer yakni kompeni yang berasal dari kesalahan pengucapan compagnie dalam bahasa Belanda yang maknanya perusahaan. Setelah VOC berakhir, istilah kompeni tetap melekat sebagai istilah untuk menyebut pemerintah dan tentara Belanda.

Kembali pada Benteng Belgica, pada masa awal didirikannya oleh bangsa Portugis, Benteng tersebut bernama Fortaleza de São Pedro. Hingga saat pendudukan Belanda berubah nama menjadi Fort Belgica. 

Saat langkah kaki Salma tiba di lantai bawah, ia kembali bergegas menarik Rony untuk keluar dari Bentang. Makin gelap rasanya makin menyeramkan.

"Ayok, cepet." Seru Salma

"Iya, sayang." Rony geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya itu. 

Salma memang perempuan mandiri. Ia terbiasanya melakukan segala sesuatunya sendiri. Kadang ia juga tidak segan untuk pergi ke mana-mana sendiri. Hidup di perantauan sejak masa SMA, membuat ia lebih berani dan mandiri. Namun di balik itu semua, Salma masih suka takut pada beberapa hal. Termasuk berada di bangunan lama seperti benteng ini, saat hari sudah gelap.

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang