Bukankah hidup tidak melulu tentang bahagia, tentang harapan yang pada akhirnya jadi nyata. Hidup adalah tentang segala jenis rasa. Tentang sebentuk kesedihan yang datang tanpa aba-aba. Juga tentang masalah yang tidak pernah tahu kapan menyapa.
Hidup bukan hanya tentang sisi terang yang penuh suka cita. Hidup adalah keseimbangan. Selalu ada sisi gelap yang berisi hal-hal yang tidak nyaman untuk dirasa. Tapi justru di sanalah letak indahnya sebuah perjalanan.
Tidak akan ada rasa bahagia tanpa sedih yang pernah di rasa.
Rony paham betul, hidup berjalan bukan hanya tentang bahagia yang ia inginkan. Akan selalu ada hal-hal tidak menyenangkan yang akan ia lalui. Apapun hal itu.
Seperti hari ini, tidak semuanya berjalan seperti yang ia mau. Tapi harus tetap dijalani bukan?
Rony menatap Salma bersama senyuman. Ia mengerti marahnya istrinya itu. Maka di sini lah ia. Duduk menghadap Salma.
"Aku langsung jelasin atau kamu masih ada yang mau diomongin dulu?" Satu kebiasaan baru yang coba Rony terapkan setelah ia menikah. Mendengarkan lebih banyak. Apapun yang menjadi keluhan Salma akan ia dengarkan. Akan ia pahami sebisa yang bisa ia lakukan.
Salma menggeleng.
"Oke," ucap Rony. "Aku ceritain semua ya."
Salma mengangguk sebagai respon.
"Jujur aku gak tahu kalau foto itu heboh di medsos. Aku tahu karena Paul tiba-tiba nelpon. Nyuruh aku cek sosmed. Awalnya aku gak ngerti kenapa, ternyata soal foto itu." Rony menjeda kalimatnya. Ia masih terus menatap Salma.
"Sayang," nada suara Rony terdengar lembut. "Awalnya aku pikir kamu masih ngambek karena tadi pagi aku gak bisa nemenin kamu ke Bandung. Aku sama sekali gak tahu soal foto itu yang ternyata juga bikin kamu ngambek."
"Tapi itu beneran kamu kan? Kamu nyusulin aku beneran bukan pengen baikin aku soal foto itu kan?"
Rony mengangguk, tidak ada yang perlu ia tutupi dari Salma. Toh laki-laki di dalam foto itu memang dirinya dan soal foto itu, ia baru tahu beberapa jam lalu saat ia sudah ada di dalam kamar hotel ini.
"Aku nyusulin kamu karena emang pengen nyusulin, biar istriku ini tahu kalau suaminya ini akan mengusahakan apapun selagi bisa."
Salma menahan senyum, sejujurnya hatinya menghangat karena Rony mau menyusulnya jauh-jauh dari Jakarta. Tapi foto itu membuat suasana hatinya memburuk.
"Soal foto itu," Rony kembali bicara. "Aku gak sengaja ketemu pas kelar meeting. Tadi meetingnya di kafe gitu. Pas aku mau pulang, dia dateng. Yaudah, gak sengaja ketemu. Dia yang nyapa duluan."
"Kenapa pake foto segala?"
Rony menghela napas, bisa ia lihat Salma benar-benar terlihat kesal.
"Dia yang ngajakin foto. Gak enak kalau nolak. Kan cuma foto doang."
"Itu ada foto candid segala." Suara Salma masih terdengar ketus. Sebenarnya foto itu menggemaskan. Rony yang mengajak bayi perempuan yang berada dalam stoler itu bercanda dan bayi itu tersenyum. Andai itu bayi dari penggemar suaminya atau dari orang yang tidak ia kenal. Sama sekali tidak masalah. Tapi itu anak dari perempuan itu. Entah kenapa, Salma kesal melihatnya.
"Ya aku gak tahu," aku Rony jujur. Sungguh ia tidak tahu kalau perempuan itu mengambil potret dirinya saat menyapa bayi perempuan itu. "Tapi kan gak masalah, cuma sama bayi. Masa kamu cemburu?"
Kalimat terakhir dari Rony bukannya menangkan tapi justru membuat air mata Salma jatuh. Cuma sama bayi, masa kamu cemburu? Pertanyaan itu menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menetap (sekuel Kembali) ON GOING
Fiksi Penggemar"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti harapan mereka saat pertama menyadari ada rasa yang berbeda. Semesta berpihak, takdir mereka memang...