Tiga Puluh Lima

1.6K 260 51
                                    

Salma sedang duduk di atas tempat tidur dengan posisi bersandar pada dada Rony. Selepas makan malam tadi, mereka berdua sepakat untuk langsung masuk ke kamar. Hari ini melelahkan, kedatangan Natali menguras tenaga mereka berdua. Terlebih Salma yang masih masa pemulihan. Beruntung ia sudah mampu mengelola emosi jauh lebih baik dari sebelumnya. Hingga Salma masih mampu mempertahankan kewarasannya.

"Kalau Natali dateng lagi ke studio lagi sekalipun sama anaknya, kamu langsung pulang." Kalimat yang entah sudah berapa kali Salma katakan. Perempuan itu seolah ingin memastikan suaminya mengingat jelas isi pesannya.

"Iya sayang iya," Rony mengela napas pelan, Salma mode posesif sepertinya sudah kembali. Entah ini hal yang bagus atau tidak.

"Jangan cuma iya iya doang," Salma mendongak sambil memukul pelan dada suaminya. "Dilakuin!"

"Iya sayangku," Rony menyentil pelan dahi istrinya. "Galak banget sih."

"Biarin," Salma merengut, tangannya mengusap dahinya yang disentil Rony. "Awas aja kamu masih baik sama anaknya."

Rony menarik napas dan menghembuskannya dalam sekali helaan. "Iya, tapi Aluna kan masih kecil, gak tau apa-apa juga dia."

"Kamu pinteran dikit kenapa sih kalo ngadepin dia," Salma menjauhkan posisi duduknya. "Dia tuh manfaatin anaknya buat deketin kamu. Kamu nyadar gak sih?"

Rony mengangguk, "Sadar." Ucapnya. "Kamu tenang aja, pokoknya semua yang kamu mau, aku turutin. Lagian dia kayaknya gak bakal berani dateng ke sini lagi habis kamu galakin kayak tadi." Rony terkekeh, kilatan ingatan kejadian siang tadi terlintas di kepalanya.

"Kalau masih punya harga diri ya gak bakal ke sini lagi dia," Salma bersidekap. "Tapi kan dia gak tau diri dari dulu."

Rony tertawa pelan, "Bisa udahan bahas dia?"

Salma mengembuskan napas panjang, kembali menjadikan dada Rony sebagai sandaran. "Pokoknya kamu inget sama semua pesen aku, jangan sampe aku jambak tu perempuan."

"Gak usah galak-galak," Rony mengusap punggung Salma yang nyaman bersandar di dadanya. "Aku gak bakal macem-macem. Kamu cukup percaya itu aja ya."

Salma mengangguk dalam dekapan Rony. Perempuan itu percaya pada suaminya. Bahkan tanpa ia berpesan apapun, ia tahu Rony tidak akan mengkhianatinya. Namun Salma ingin Rony tahu, ia tidak suka kalau ada perempuan yang bersikap tidak sewajarnya. Salma ingin suaminya itu tahu kalau ia amat menyayanginya dan tidak ingin ada tempat bagi perempuan lain di hidup mereka.

Saat sedang asik menikmati waktu berdua, sebuah pesan masuk ke aplikasi WhatsApp Salma. Sebuah pesan yang membuat Salma seketika terdiam. Si peneror itu kembali mengiriminya pesan.

Rony yang menyadari perubahan ekspresi Salma langsung bertanya, "Kenapa?"

Tanpa bicara Salma menyerahkan ponselnya, Rony menerimanya bersama sebuah kebingungan.

Sesaat setelah menerima ponsel dari tangan Salma, Rony langsung menatap layar ponsel istrinya itu. Membaca pesan yang tertera di sana.

08xxxxxxxxxx

Persiapin diri buat kehilangan Rony

Tanpa berkata apapun, Rony meletakkan ponsel Salma ke atas nakas di samping tempat tidur. Lalu ditariknya tubuh Salma untuk ia peluk. Diusapnya lembut punggung istrinya itu. Rony tahu Salmanya sedang merasa takut saat ini. Hal itu nampak jelas di raut wajah Salma.

"Aku takut," Salma berucap lirih. Air matanya nyaris luruh. "Aku takut kamu kenapa-kenapa."

Rony makin memeluk Salma erat, "Aku bakal baik-baik aja. Kita berdua bakal baik-baik aja. Gak usah dipikirin."

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang