Tiga Puluh

1.5K 242 57
                                    

Ada satu hal yang tidak Rony sadari. Sejak ia duduk di coffe shop tadi, ada satu orang yang diam-diam menatapnya dari kejauhan. Sesekali tersenyum menatap gurat wajah Rony yang memang semakin memesona seiring bertambahnya usia. Orang itu duduk tidak begitu jauh namun cukup membuat dirinya luput dari arah pandang Rony.

Seseorang itu tiba tepat setelah Rony masuk ke dalam coffe shop. Memperhatikan Rony dari luar. Lalu masuk saat Rony naik ke lantai atas. Orang itu ikut memesan dan naik ke lantai atas. Bertingkah sama seperti pengunjung pada umumnya.

Setibanya di lantai dua, orang itu mengendarkan pandangannya. Mencari-cari keberadaan Rony. Lantas saat sepasang matanya mendapati Rony duduk sendirian. Senyum terbit di wajahnya.

Sudah terlalu lama aku membiarkan kamu bersama orang yang tidak seharusnya. Maaf sudah membuat kamu terjebak, Ron.

Senyuman itu makin lebar, matanya lekat menatap Rony dari tempatnya berada.

"Tunggu aku menjemput kamu dari dia, Ron." Ucapnya lirih bersama senyuman yang tidak memudar.

***

Pukul setengah dua belas malam, Rony sampai di rumah. Lelaki itu langsung melangkah menuju lantai dua, menuju kamarnya. Kondisi rumah sudah gelap saat ia tiba tadi. Kedua mertuanya sepertinya sudah tidur. Rony terus melangkah menuju kamarnya. Salma mungkin juga sudah tidur. Mengingat istrinya itu membuat Rony sedikit merasa bersalah.

Sungguh sial, kenapa tadi malah bertemu Natali? Dan apa yang perempuan itu katakan sungguh membuat Rony muak. 

Perlahan Rony memutar ganggang pintu, membuka pintu tanpa menimbulkan suara. Namun saat pintu terbuka, Rony mendapati lampu kamar yang masih benderang.

Pandangan Rony jatuh ke atas tempat tidur. Di sana ia melihat Salma yang masih duduk sambil duduk bersandar di punggung ranjang. Istrinya itu sedang menonton film.

"Sayang, kok belum tidur?"

Kalimat itu membuat Salma menoleh ke arah Rony yang berjalan mendekat ke arahnya. Salma tersenyum menatap suaminya itu. Senyuman yang membuat Rony untuk sesaat tertegun.

Senyuman yang ia lihat itu adalah senyuman yang ia rindukan. Apa Salmanya sudah kembali?

"Aku nanya kok gak dijawab?" Kata Rony saat ia duduk di sisi ranjang tepat di samping Salma.

"Nungguin kamu," jawab Salma.

"Nungguin aku?"

Salma mengangguk, "Kok lama pulangnya? Tadi ke mana?"

Rony menghela napas, "Tadi aku ke coffe shop, maaf ya."

Salma kembali tersenyum, "Gak apa-apa." Katanya.

"Jadi tadi di sana sama siapa?"

Rony mendadak gugup. Haruskah ia menceritakan semua? Termasuk pertemuan tidak sengaja dengan Natali? Lelaki itu menarik napas dalam, bukankah ia tidak akan menyembunyikan apapun dari istrinya. Namun apa menceritakannya di saat kondisi Salma belum stabil sepenuhnya akan baik-baik saja? Rony jadi dilema.

"Kok diam? Mau bales aku ya?"

"Hah?" Sepasang mata Rony membulat, tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Salma.

"Iya, bales aku. Kalo ditanya diem aja, gak jawab."

Rony menggeleng, "Enggak."

Salma tersenyum tipis, "Jawab," ucap Salma dengan sepasang mata yang tidak lepas menatap Rony sejak suaminya itu duduk di dekatnya.

Rony menghela napas, baiklah akan ia ceritakan bagimana seharian ini ia lalui. "Tadi ke sananya sendiri, lagi pengen sendiri."

Salma diam, menunggu Rony melanjutkan kalimatnya.

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang