Semua peralatan sudah selesai dibereskan. Rony bersama Salma dan seluruh tim Rony malam ini bersiap untuk pulang. Namun suara seseorang membuat gerakan mereka yang akan meninggalkan tenda terhenti. Mereka semua saling pandang. Termasuk Salma dan Rony yang sudah bergandengan tangan.
"Om Ony, Una angen cama om." Suara Aluna seketika membuat suasana menjadi kaku dan semua orang menyadari perubahan itu.
Bocah perempuan itu datang bersama ibunya, Natali. Juga ada Novi. Kedua orang itu berdiri tidak jauh dari pintu masuk tenda. Salma menatap tajam ke arah dua orang itu. Pertemuan terakhir mereka sebulan lalu masih melekat jelas diingatannya. Kemarahannya di hari itu masih belum memudar, ekspresi permusuha jelas Salma nampakan.
Salma menarik napas dalam, ia menatap Aluna yang memegang tangan Rony. Namun suaminya itu masih terdiam, menatap tidak suka ke arah Natali dan Novi. Salma kembali menatap Aluna. Rony benar, Aluna hanya seorang anak kecil.
"Hai Aluna," Salma memutuskan menyapa bocah perempuan itu. Memutus hening yang melingkupi mereka semua.
"Tante ciapa?" Aluna bertanya dengan wajah yang ia miringkan, ekspresi bingungnya lucu sekali.
"Oh iya, kita belum kenalan ya." Salma berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Aluna. "Kenalin, nama tante Salma." Salma tersenyum sambil menyodorkan tangannya.
"Hai, tante Calma aku Una." Anak perempuan itu menjabat tangan Salma sambil mengucapkan namanya. "Tante Calma kenapa pegangan tangan cama Om Ony?" Aluna bertanya sambil menatap tangan Salma yang masih digenggam Rony. Lelaki itu enggan melepaskannya, bahkan ketika posisi Salma yang sekarang berjongkok.
"Soalnya," Rony yang bersuara. Sekarang laki-laki itu ikut berjongkok, menatap Aluna sembari tersenyum. "Tante Salma ini istri om," Rony mengusap pelan puncak kepala Aluna.
"Om punya istli?" Tanya Aluna, wajahnya berubah sendu. "Kata mama om Ony beyum punya istli, teyus kata mama om mau jadi papanya Una." Ucap bocah perempuan itu dengan mata berkaca.
Mendengar penuturan Aluna, semua orang yang ada di sana terkejut. Salma menarik napas dalam, ia pejamkan matanya sesaat untuk membantunya tetap tenang. Sementara Rony kembali mengarahkan tatapan tajamnya ke arah pintu masuk tenda, tempat Natali berdiri bersama Novi.
"Aluna, om gak bisa jadi papanya Aluna tapi Aluna masih bisa kok ketemu sama om," Rony kembali beralih menatap Aluna di hadapannya. Menenangkan bocah perempuan yang hampir menangis itu. "Aluna juga bisa main sama tante Salma," Rony melanjutkan kalimatnya sementara tangannya mengusap pipi Aluna.
"Una boleh main cama tante Calma?" Aluna beralih menatap Salma.
Salma tertawa kecil, di usapnya rambut Aluna yang panjangnya sepunggung itu. "Boleh dong," ucapnya. "Tapi coba nyebut nama tante yang bener dulu."
"Una salah ya?"
"Itu bisa bilang salah," Salma terkekeh. "Coba bilang tante Salma."
"Tante Calma."
"Coba sekali lagi, tante Salma."
"Tante Calma." Aluna menuruti Salma untuk kembali memanggil namanya, tapi tetap saja ejaannya salah. Membuat Salma gemas sendiri.
"Yaudah deh, panggil tante Caca aja ya."
"Tante Caca," Aluna mengulang panggilan yang di sarankan Salma. "Nama tante lucu cepelti Una." Ucap bocah perempuan itu dengan ceringarannya.
"Lucu banget sih kamu," Salma memengang pipi Aluna gemas.
Semua orang yang ada di sana diam melihat interaksi Salma dan Aluna. Tidak seorang pun yang berani bersuara. Sementara Rony, tatapannya tidak beralih dari interaksi Salma dan Aluna.Membayangkan kalau Langit masih ada, akan semenggemaskan apa interaksi anak dan istrinya. Rony menarik napas dalam, bibirnya tersenyum menatap Salma. Sementara hatinya tiba-tiba merindukan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menetap (sekuel Kembali) ON GOING
Hayran Kurgu"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti harapan mereka saat pertama menyadari ada rasa yang berbeda. Semesta berpihak, takdir mereka memang...