Empat

2.5K 233 19
                                    

Menjelang siang, pesawat yang Salma dan Rony tumpangi mendarat di Maluku. Perjalanan ke Banda Neira makin dekat. Wajah keduanya tampak ceria. Tangan keduanya pun makin erat bertaut. 

Dari bandara mereka langsung melanjutkan perjalanan ke pelabuhan. Untuk selanjutnya menaiki kapal ke Banda Neira. Di perjalanan menuju pelabuhan. Di dalam mobil yang membawa mereka berdua. Salma menyenderkan kepalanya ke pundak Rony. 

Setelah perjalanan panjang di masa lalu, ia sadar pundak inilah yang menjadi penopang paling kuat. Pundak ini yang mampu menopang segala hal yang ada di dalam dirinya. Dan tangan ini, tangan yang saat ini Salma genggam adalah tangan yang paling setia. Dan sepasangan kaki yang ia lihat sekarang. Sepasang kaki yang berada tepat di samping sepasang kaki miliknya. Adalah sepasang kaki yang tidak pernah berlari pergi darinya.

Salma mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Rony. Semakin menenggelamkan dirinya pada pundak lelaki itu. Diam-diam ia kembali menangis. Tidak bisa ia bayangkan andai lelaki ini tidak kembali. Entah penyesalan macam apa yang akan ia rasakan.

Sepasang matanya Salma pejamkan. Akan bahaya andai Rony mendapati matanya yang basah.  Salma tidak sedih. Ia hanya terlalu bahagia. Mengingat bagaimana hubungan mereka di masa lalu. Dan sekarang ia bisa merasakan betapa Rony menyayanginya. Rasanya akan salah kalau ia tidak menyayangi lelaki ini dengan sama besarnya. 

Cukup ia keliru di masa lalu.

Rony yang duduk nyaman ditempeli Salma yang bersandar di pundaknya. Tidak bisa lepas dari senyuman di wajah. Jemari mereka yang bertaut sesekali ia lirik. Tautan tangan ini dulu adalah ketidak mungkinan. Tangan ini dulu hanya bisa ia genggam saat mereka bernyanyi bersama di atas panggung. Hanya hitungan menit lalu lepas. Tapi sekarang bisa ia genggam kapanpun ia ingin.

Mobil terus melaju menuju pelabuhan. Sebentar lagi mereka sampai di Banda Neira. Sebentar lagi Rony bisa mewujudkan salah satu keinginan Salma. Bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan Salma adalah kebahagiaan bagi Rony. Dari detik pertama ia menjadi suami Salma. Di detik itu pula, Rony berjanji pada dirinya sendiri untuk mengusahakan segala kebahagiaan Salma.

Dulu, Rony tidak bisa melakukan banyak hal untuk membuat Salma bahagia. Sebab keadaan tidak berpihak. Juga ia paham ia tidak bisa bertindak lebih. Bahkan untuk menghadirkan senyum sekalipun.

Matahari makin meninggi. Pelabuhan makin dekat. Mungkin sore nanti saat matahari tenggelam, mereka bisa menyaksikannya di Banda Neira. Atau mungkin di atas kapal yang melaju.

***

"Sayang, hati-hati." Ujar Rony saat menaiki tangga ke bagian atas kapal. Saat ini mereka sudah berada di kapal menuju Banda Neira.

Sejak naik kapal tadi, Salma nampak begitu senang. Terlebih saat Rony mengajaknya untuk naik ke bagian atas kapal. Salma berjalan riang meninggalkan Rony di belakang. 

Melihat lautan luas dan langit yang membiru, membuat senyuman merekah begitu saja di wajah Salma. Ia suka menatap laut bersama riak gelombang. Menatap langit dan merasakan angin yang bertiup. Lalu ia menatap ke samping, ke arah Rony yang baru saja tiba. Kini mereka berdua berdiri bersisian sambil berpegangan pada pagar. Salma tersenyum lebar menatap suaminya itu.

Melihat senyuman di wajah Salma, refleks membuat Rony ikut tersenyum. Lelaki itu lantas merangkul Salma. Membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.

Dari atas sini, pemandangan indahnya lautan luas jauh lebih terlihat. Keduanya menikmati pemandangan dalam diam. Hanya wajah cerah keduanya yang menggambar betapa keduanya sama-sama bahagia.

Sampai segerombolan lumba-lumba terlihat, Salma berteriak riang.

"Sayang, ada lumba-lumba." Seru Salma. "Lucu banget sih mereka."

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang