Dua Puluh Tiga

1.5K 230 27
                                    

Hari demi hari terus berjalan. Perasaan bahagia itu makin bertumbuh subur. Kedua orangtua mereka pun sudah mengetahui perihal kehidupan baru yang sedang bertumbuh itu. Salma juga masih suka meminta hal yang selalu membuat Rony merasa dikerjai. Ada saja permintaan ajaib dari perempuan itu. Namun Rony selalu berusaha untuk memenuhi setiap keinginan istrinya itu. Apapun untuk Salma selalu lelaki itu usahakan.

Kadang saat malam hari dan Salma sudah tidur lebih dulu. Rony suka menatap wajah sang istri sambil tersenyum. Seaneh apapun keinginan Salma, selalu ia usahakan. Seperti pagi tadi. Mengingatnya membuat Rony tersenyum sendiri. Keinginan Salma sejak hamil selalu ajaib.

Rony menghela napas, tangannya singgah di perut sang istri. Mengusapnya pelan, merasakan kehadiran sang anak di dalam sana. Rasa bahagianya menakjubkan.

"Anak papa, sayangnya papa." Rony tersenyum lebar saat mengatakannya. "Baik-baik ya di dalam perut mama, kalian berdua harus selalu baik-baik aja." Sebuah ciuman mendarat di atas perut Salma saat Rony menyelesaikan kalimatnya.

Setelahnya Rony mensejajarkan posisi dengan Salma, menatap perempuannya penuh cinta. "Sayang mamanya anak aku," ujarnya sebelum mengecup jidat Salma.

"Sayang banget sama kamu, Sal." Rony tersenyum dengan tangan membelai wajah Salma. Sepasang matanya perlahan terpejam, ikut terbuai ke alam mimpi.

***

Beberapa jam sebelumnya, saat pagi hari.

"Kepengen bubur ayam," ucap Salma saat duduk di meja makan. Padahal nasi goreng buatan Rony baru saja tersaji. Itu juga atas permintaannya.

Sesaat setelah  selesai mandi, ia meminta Rony membuatkannya nasi goreng untuk sarapan. Permintaan yang disampaikan dengan tampang memelas, membuat Rony tidak tega menolak. Bahkan mendebat pun lelaki itu tidak tega.

"Nasi gorengnya udah jadi, loh." Ujar Rony sambil mendorong piring berisi nasi goreng buatannya agar lebih dekat dengan Salma. "Kan kamu yang minta dibuatin."

Bibir Salma mengerucut, wajahnya menunduk. "Tapi sekarang udah gak kepegen," ucapnya pelan.

"Terus nasi gorengnya gimana?"Rony bertanya pelan.

"Udah gak kepengen," Salma menggeleng pelan. "Mau bubur ayam." 

Sekali lagi Rony  menarik napas dalam-dalam lantas mengembuskannya perlahan. Ia kira kali ini akan sama. Ia yang akan disuruh makan dan Salma menonton, seperti yang sudah-sudah. Ternyata sekarang sudah tidak seperti itu lagi. Melainkan Salma yang mengubah keinginannya saat apa yang ia minta sebelumnya sudah terpenuhi.

"Oke, aku beliin ya buburnya."

Salma langsung menggeleng, "Aku ikut."

Rony memicingkan matanya, mau apalagi istrinya ini?

"Ikut?"

"Iya," sahut Salma. "Kita beli buburnya bareng terus makannya di sana."

"Yaudah kita beli bubur bareng terus makan di sana."

"Naik motor ya," Salma kembali mengutaran keinginannya.

"Iya, naik motor."

"Yeay," Salma berseru senang. "Aku siap-siap dulu," ucapnya bersamaan dengan langkahnya menuju lantai atas. Salma ingin pergi ke kamar.

"Eh sayang jangan lari," Rony sotak berteriak kala melihat Salma berlarian menaiki anak tangga. 

"Inget ada anak," lelaki itu kembali berseru. Sementara Salma tidak menyahut, ia terus menaiki anak tangga namun tidak lagi berlarian.

Lima belas menit berselang, Salma kembali menghampiri Rony. Wajah perempuan itu nampak lebih segar dari sebelumnya. Terlihat cantik dengan kerudung berwarna abu, senada dengan baju yang ia kenakan.

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang