Sepuluh

2K 197 21
                                    

Hari-hari sibuk di fase baru kehidupan dengan status yang sudah berubah. Bukan lagi sebagai seorang anak atau sebagai orang dewasa yang masih sendiri. Juga bukan lagi sebatas terikat komitmen sebagai seorang kekasih. Kesibukan berbeda itu perlahan mulai datang menghampiri. Segala sesuatunya banyak berubah. Banyak adaptasi yang mesti dilakukan.

Sejak menjadi seorang istri. Salma yang biasanya kembali memilih tidur selepas sholat subuh. Sekarang ia sudah meninggalkan kebiasaan itu  berganti dengan rutinitas baru. Menyiapkan segala keperluan Rony kalau suaminya itu ada pekerjaan atau sekadar memasak sarapan untuk mereka berdua santap.

Salma menikmati peran barunya. Walaupun Rony tidak pernah menuntut Salma untuk melakukan ini itu, namun Salma ingin ia yang mengurus Rony juga rumah yang mereka tempati. Salma ingin kehadirannya menjadi detak dari rumah ini. Membuat rumah ini jauh lebih hangat. Tempat yang ingin selalu dengan cepat ia dan Rony tuju.

Seperti pagi ini, Salma sedang sibuk di dapur. Ia memasak ayam asam manis untuk sarapan mereka pagi ini. Rony tidak buru-buru pergi. Jadi Salma lebih leluasa menyiapkan sarapan. Sementara Salma sendiri, ia tidak ada jadwal hari ini. 

Minggu lalu kontraknya dengan label dan manajemen resmi berakhir dan Salma tidak menerima tawaran perpanjang kontrak. Sekarang Salma hanya menunaikan sisa kewajibannya untuk manggung di beberapa tempat. Jadwal yang sudah ia terima jauh-jauh hari dan tidak mungkin dibatalkan.

"Beneran gak mau ikut?" Tanya Rony yang duduk di meja makan. Menunggu sarapan siap.

Salma menggeleng,"Mau di rumah aja. Nunggu kamu pulang." 

"Yakin gak kepengen ikut? Hampir seminggu ini kamu di rumah terus. Gak bosen?"

"Enggak bosen, kok." Sahut Salma sambil meletakkan piring berisi ayam asam manis, menu sarapan mereka pagi ini. "Aku seneng kok di rumah. Banyak hal yang bisa aku lakuin."

"Mau berkebun lagi?" Rony melirik Salma sekilas, sebelum sibuk mengisi piringnya dengan nasi dan lauk.

Salma terkekeh pelan, "Seru tau."

"Kemarin berkebun, sebelumnya sibuk sama kolam ikan." Celoteh Rony. "Benar-benar udah jadi ibu-ibu."

Kali ini tawa Salma lepas. Kemarin ia memang sibuk mengurusi taman belakang, ada satu bagian yang ia pilih untuk ditanami dengan sayuran dan bumbu dapur seperti lengkuas dan jahe. Salma iseng saja menanam jenis tanaman itu. Anggap saja saat ia perlu sesuatu untuk memasak ia tidak perlu repot-repot membelinya. Tinggal mengambil di kebun belakang rumah.

Tentang kolam ikan, kolam itu baru jadi beberapa hari yang lalu. Sebuah kolam yang menjadi pembatas antara teras belakang dan halaman belakang. Di tengahnya ada jembatan kecil yang menjadi penyambung antara teras dan halaman belakang.

Rumah ini, kalau kalian membayangkan sebuah rumah yang besar dan mewah. Itu kurang tepat. Rumah ini tidak terlalu besar. Namun halaman depan dan belakang rumah ini memang luas. Lantai bawahnya terdapat ruang tamu, ruang tengah dapur serta dua kamar tidur. Di lantai atas ada studio musik dan kamar utama. Hal yang membuat rumah ini istimewa adalah rooftop yang menjadi tempat favorit penghuninya. Juga halaman yang luas baik di depan maupun belakang.

Rony sengaja membangun rumah yang tidak terlalu besar namun di dalamnya ia bisa mewujudkan salah satu keinginannya, studio musik.

"Kamu beneran gak mau ikut?" Rony kembali mengulang pertanyaannya.

Salma menggeleng, mulutnya sibuk mengunyah.

"Gak mau nemenin aku?"

Salma menoleh, sudut bibirnya samar-samar melengkung. "Oh, jadi minta ditemenin nih?"

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang