Tiga

2.9K 249 25
                                    

Banda Neira. Tempat impian Salma sejak dulu. Dan besok ia akan ke sana. Rony mengajaknya tadi pagi. Kata suaminya itu, perjalanan ke Banda Neira sudah ia persiapkan sebelum mereka berdua resmi menikah. Rony selalu penuh dengan kejutan manis.

Setelah makan malam tadi, Salma mengemasi barang-barang yang akan dibawa pergi. Tidak banyak. Satu koper untuknya dan satu koper untuk Rony. Dan sekarang kedua koper itu sudah tersusun rapi di sudut kamar. Siap untuk dibawa pergi esok pagi. 

Di sudut lain, dua buah gitar berwarna hitam terletak rapi di tempatnya. Gitar yang tertinggal sore tadi di teras belakang rumah sudah Rony bawa masuk. Book notenya juga sudah tersimpan rapi di atas meja, tidak jauh dari posisi gitar berada.

Pisang goreng yang tertinggal juga sudah tandas Rony habiskan. Sayang kalau dibuang. 

Bersama dengan malam yang semakin larut. Salma dan Rony bergelung di balik selimutnya. Mereka memilih tidur lebih awal agar besok tidak kesiangan.

Sepanjang mengemasi barang tadi, senyuman tidak lepas dari wajah Salma. Membuat Rony ikut tersenyum. Ia senang melihat Salma senang. Sejak dulu, senyuman Salma selalu mampu membuat Rony bahagia. Ia selalu ikut tersenyum setiap Salma tersenyum. Dan senyuman itu yang akan selalu Rony usahakan untuk terus ada.

"Sayang," ucap Salma pelan. Ia rebahan dalam posisi miring ke arah Rony.

"Ya," Rony ikut memiringkan posisinya hingga mereka saling berhadapan.

Salma tersenyum menatap Rony sedekat ini. Tangannya terangkat mengelus pipi sang suami. "Makasih ya," ucapnya pelan dibarengi senyuman. Sementara matanya mulai berembun.

"Untuk?" Rony meletakkan tangan di atas tangan Salma yang berada di pipinya.

"Semuanya," satu bulir air mata lolos. Salma tidak sedih. Ia bahkan tersenyum. Ia hanya terlalu bahagia hingga air matanya keluar.

"Sama-sama," sahut Rony lembut. Nada suara favorit Salma. "Kamu kenapa? Kok tiba-tiba melow gini?"

Salma menggeleng dengan senyuman tipis di bibirnya. "Makasih udah selalu sabar ngadepin aku yang gak jelas. Makasih udah gak pernah bosen ngasih aku pengertian soal apapun. Makasih untuk gak pernah benar-benar pergi. Makasih udah selalu berusaha mewujudkan mimpi-mimpi aku. Makasih buat semua usaha yang kamu kasih."

Satu lagi bulir air mata menetes, yang segera Rony hapus dengan ujung jarinya. Lelaki itu tersenyum. Kedua tangannya menangkup wajah Salma. Menghapus jejak air mata di sana.

Sejak dulu, Rony selalu mengusahakan banyak hal untuk Salma. Selalu menjadi rem saat Salma berlari terlalu kencang. Selalu berusaha jadi pengalih saat dunia terlalu berisik. Lelaki itu melakukan banyak hal untuknya. Bahkan terkadang Salma tidak menyadari hingga saat mereka mulai berjauhan. Salma mulai sadar kalau Rony selalu melindunginya dari banyak hal. Ia saja yang tidak peka.

Rony menarik Salma kedalam dekapannya. "Apapun yang bikin kamu bahagia bakal selalu aku usahain." Ucapnya sembari satu tangannya mengelus punggung, satunya lagi mengelus kepala perempuan di dalam dekapannya itu.

"Jangan pernah bosen sama aku ya," Salma mendongak. Menatap Rony tepat di manik mata lelaki itu. Sungguh, Salma takut kalau lelakinya ini hilang dari hidupnya.

Rony tersenyum bersama sebuah anggukan, "Iya sayangku, gak bakal." Sahutnya singkat. Setelahnya ia kembali mendekap Salma. Memeluknya erat.

Dalam dekapannya Rony, Salma memejamkan mata. Merasakan lengan itu hangat melingkari tubuhnya. Lagi, air matanya jatuh.

Tadi, saat selesai mengemasi barang dan Rony pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Salma yang bosan iseng membuka book note milik Rony. Hingga ia terhenti di satu halaman. Ada tulisan dengan judul, Untuk Salma. Mungkin itu puisi atau bisa jadi lirik lagu. 

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang