Tiga Puluh Delapan

1.6K 220 28
                                    

Setiap orang punya satu setan kecil di dalam dirinya. Tinggal bagaimana dia memilih jalan hidup, membiarkan si setan kecil bertumbuh besar dan menjadi teman menjalani hidup atau mengabaikan sisi gelap itu. Meninggalkan si setan kecil di sudut paling kecil dan tidak memberinya makan. Lebih memilih meluaskan sisi terang dalam diri. Menjalani hidup dengan tetap memilih jadi baik sesulit apapun keadaannya.

Di dalam sebuah kamar yang tidak terlalu besar, seorang perempuan berambut panjang sedang menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menatap hasil make up di wajahnya lantas tersenyum. Hari ini ia mengenakan celana jeans panjang, kaos berlengan pendek yang dilapisi jaket jeans. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan sentuhan bandana di kepalanya. 

Hari ini ia akan bertemu Rony, mengingat hal itu perasaan hangat menyelimuti hatinya. Ia rindu laki-laki itu.

"Kamu juga pasti rindu aku kan, Ron." Ucap si perempuan sambil menatap pantulan dirinya di cermin sembari terus tersenyum.

***

Akhir minggu, Rony ada jadwal manggung di salah satu acara musik di pusat kota. Panggung pertamanya setelah keadaan Salma pulih. Panggung pertama yang akan Rony injak bersama perasaan lega. Sebab ia tidak perlu mengkhawatirkan keadaan istrinya. Bahkan semalam, istrinya itu merengek minta ikut. Rengekan yang langsung Rony penuhi. Lagi pula sudah lama ia manggung tidak ditemani istri. Juga sudah lama Salma tidak berbaur dengan keriuhan banyak orang.

Rony senang Salma yang meminta ikut, karena itu artinya perempuan itu sudah mulai siap menghadapi keramaian yang ada. Sebenarnya selama hampir sebulan ini beberapa kali Rony sangat ingin mengajak Salma untuk menemaninya manggung namun lelaki itu ragu. Takut Salma belum siap menghadapi keramaian.  Makanya saat Salma meminta ikut semalam, Rony langsung mengiyakannya.

Selama sebulan ini jadwal perform Rony perlahan mulai kembali padat. Beberapa kali juga ada jadwal keluar kota. Tapi tetap saja, Rony akan pulang lebih dulu. Mengejar penerbangan terakhir pulang ke Jakarta. Pernah sekali ia tidak mengejar penerbangan terakhir, ikut rombongan pulang keesokan harinya. Hasilnya Rony tidak bisa memejamkan mata. Lelaki itu terjaga bersama perasaan khawatir.

Pesan-pesan dari orang tidak dikenal itu masih sering masuk ke aplikasi whatsapp milik istrinya. Beberapa pesan terkesan akan mencelakakan Salma. Hal yang membuat Rony tidak merasa tenang saat berjauhan dari istrinya.

Tentang Natali, Rony memutuskan memblokir semua akses komunikasi dengan perempuan itu. Begitu juga dengan akses komunikasi dengan Novi. Rony tidak ingin ribet mengurus hal yang baginya tidak penting. Bahkan Rony juga berpesan dengan petugas keamanan rumah dan studio SR Music agar tidak mengijinkan Natali ataupun Novi untuk masuk. Walaupun kedua orang itu masih sering datang, mencoba peruntungan diijinkan masuk.

Jam empat sore, Rony berangkat dari rumahnya menuju tempat acara. Lelaki itu hanya berangkat berdua dengan istrinya. Sementara manajer dan tim bandnya sudah berangkat lebih dulu. 

"Seneng banget kayaknya," tegur Rony sembari melirik Salma di sampingnya sementara mobil terus melaju meniti jalan raya.

"Seneng lah," sahut Salma. Wajahnya tampak ceria. "Kangen suasana konser."

Rony ikut tersenyum, "Pengen balik nyanyi?"

Salma menghela napas, tatapannya lurus ke depan. Menatap jalan raya yang ramai namun tidak macet. "Pengen tapi nanti aja."

"Pengennya kapan?"

Salma menoleh ke samping, "Emang boleh?"

Rony menoleh sebentar, lelaki itu tersenyum. "Boleh," nada suarnya terdengar lembut.

"Nanti aja deh," sahut Salma. Ia memang rindu bernyanyi di atas panggung namun banyak kecemasan yang masih belum bisa hilang. Salma masih takut.

"Masih takut?"

Menetap (sekuel Kembali) ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang