15. Bunda

61 9 5
                                    

.
.
.

Happy Reading (^.^)

.
.
.

"Aku tau dia bukan bunda ku, namun rasanya aku nyaman sekali ketika berbicara dengan nya"

-Al-Fajri Argantara-

-Author-

Dari atas bukit yg tidak terlalu tinggi, di pesisir laut itulah fajri dan akira berada.

"Seneng akhirnya bisa kesini lagi" ucap akira saat sampai.

"Iya"

Drttt..

Suara Pesan masuk di handphone milih fajri.

Gilang

Gilaakk, keren banget lo, bisa senekat itu
10.25

Lo tau kan apa yg akan terjadi setelah ini? Ayah bakal marah sama lo
10.25

Sebelum gue bertindak, gue udah tau konsekuensi nya, jadi gue akan terima
10.25

Baguslah, siap-siap aja, gue pastiin kali ini ayah bakal marah besar sama lo
10.26

Yg bikin gue heran, kenapa gue punya abang yg suka banget ngadu sama ayah, apa untung nya sih?
10.26

Gue ga tau lo punya masalah apa sama gue, sampe-sampe lo selalu seneng kalo gue selalu kesusahan
10.26

Fajri yakin ini yg akan terjadi, pasti disana gilang sudah mengetahui kalau dia bolos sekolah bersama akira.

Dia akan memberitahu hal ini kepada ayah nya? Fajri sudah pasrah, apapun yg akan terjadi dia akan mengurusnya nanti, saat ini dia hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama akira.

"Kenapa al?" akira bertanya.

"Ga papa"

Kemudian fajri memasukan handphone milik nya ke saku celana, lalu duduk di samping akira.

"Mama lo dimana?" tanya fajri kemudian.

"Di australia, sama papa"

"Eumm"

"Mau ngobrol sekarang aja ga?"

"Boleh?"

"Boleh lah, kenapa ngga" akira tersenyum, kemudian dia mengambil handphone milik nya. "Bentar ya"

Setelah mencari-cari nama kontak mama nya, akira pun langsung menelpon nya, dan tak lama kemudian, telpon tersambung.

Sebelum memberikan telpon nya pada fajri, akira menjelaskan terlebih dahulu kepada mama nya, bahwa ada teman nya yg ingin berbicara dengan dia.

Ketika mama nya sudah setuju, akira pun memberikan telpon nya.

"Nih" dia menyodorkan handphone nya kepada fajri.

Al-Fajri ArgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang