haai
balik lagi sama akuu
kalo ada typo, jangan lupa di komen yaawaku sayang kalian🤍
Rhea menoleh ke belakang saat mendengar pergerakan kursi bergeser, dilihatnya Iqala dan Nala kini berdiri dari duduknya."Pada mau ke mana?" tanya Rhea
"Toilet"
Iqala menoleh saat Nala menyenggol lengannya "ape?"
"Lo yang izin ke Rafa"
Decakan keluar dari mulut Iqala, tak urung ia tetap mengahmpiri Rafa.
"Gue ikut dong" Rhea kembali bersuara
Nala menautkan alisnya "yang bener aja Rhe?"
Iqala menghampiri Nala ketika mendapat anggukan dari sang ketua kelas "Let's go"
"Gausah kek cabe-cabean" Kini ketiga wanitu itu menoleh horor pada teman sebangku Rhea.
Huft...
Memang sudah takdirnya wanita itu diciptakan hanya untuk mengeluarkan kata tajam dan pedas. Walaupun keshariannya memang begitu, namun tak urung mereka tetap dibuat bungkam, bahkan Aksa dan Reno kerap beberapa kali dibuat sungkem.
Poor to Aksa and Reno.
Wanita berulut tajam itu Qiara. Wanita dengan paras paling indah di sekolah, bahkan beberapa siswa di Gamma High school tak segan menyatakan perasaannya. Termasuk kembaran Nala sekalipun, yang berbeda sekolah dengan mereka. But, tetap saja dia adalah Qiara, yang senantiasa mengatakan hal-hal taja. Tak terkecuali teman dekatnya sendiri.
"Buset dah, ni mulut pen gue cabe-in rasanya"
Qiara menggeplak lengan Iqala, saat Iqala menyomot mulutnya.
"Yaudah deh, gue tinggal aja. Kasian Qiara, dia gamau jauh jauh dari gue" Rhea memeluk erat Qiara, yang dihadiahi tatapan datar oleh Qiara.
Qiara termasuk tipe orang yang segala irit, irit bicara, irit ekspresi dan semuanya lah. Tapi jangan salah, Qiara adalah orang yang sangat sering menemani Nala ketika membaca maupun membeli novel-novel Sherlock Holmes.
Iqala menarik lengan Nala yang sedang menggeleng heran akan sikap kedua temannya, mereka berdua mulai menyusuri koridor, ada beberapa ruangan yang jarang dihuni, seperti UKS, lab, ruang khusus belajar tim olim, ruang terbuka budidaya tanaman dan beberapa ekstrakurikuler yang hanya digunakan ketika pulang sekolah.
Setelah tiba di ruangan lab, masih tetap berjalan, kepala Nala menoleh pada jendela-jendela lab, mencoba mengintip, mencari keberadaan seseorang.
Gotcha. Dia menemukannya dalam hitungan milliesecond.
Iqala menoleh ke belakang, karena tak mendengar suara langkahan kaki lagi. Matanya berotasi ketika melihat Nala mengintip ruang lab "liat El nya ntaran dulu nape La. gue kebelet nih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...