aku kembalii
jangan lupa komen yang banyak yaaaw
happy reading🌻
Kini mobil yang dikendarai Pakde sudah sampai di pekarangan depan gerbang, Nala dan ketiga temannya turun dari mobil."Nanti Nala telpon ya De, pas udah pulang sekolah."
"Siap nduk..."
"Makasi De."
"Makasi Pakde"
"Makasi Pakde"
Setelah Pakde melajukan mobilnya, mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas. Namun setelah sampai di kelas sama sekali tak ada orang. Padahal hari ini adalah hari senin, dan setengah jam lagi bakal ada upacara, tapi kemana mereka semua?.
"Gila... baru kali ini gue liat Rafa ikut adu jotos anjay, keren banget gila"
Mereka menoleh pada lelaki yang sedang berjalan di depan kelas mereka. Rhea menghapiri dengan cepat diikuti ketiga temannya
"Rafa adu jotos?"
"Di mana dia Lang?"
Diserbu pertanyaan yang terburu-buru, membuat lelaki bernama Gilang itu terpelongo.
Nala mendecak "Rafa di mana Lang?"
"I-itu La, di kelas orang Elgar"
Tanpa basa-basi mengatakan terimakasih, mereka langsung menuju kelas Elgara.
Kacau.
Parah.
Tak pernah Nala melihat Rafa sampai tersulut emosi seperti ini.
"GUYS UDAH!"
Rhea berteriak, dia tak melihat pacarnya di sini, kemana dia? Tidak bisakah dia mengamankan kericuhan ini?
"Cowo bajingan lo!" teriak Aksa, masih dalam menghantam Elgar
Nala menarik paksa baju Aksa "udah Sa!"
Mereka berdua berhenti, diikuti oleh Rafa, Reno dan yang lainnya.
"Raf... lo itu OSIS" Nala menghela nafas melihat ketua kelasnya yang sudah kacau "bisa-bisanya lo malah ikutan baku hantam?"
Rafa mengusap pelan sudut bibirnya yang terluka "gua diajakin dia" menunjuk Aksa
Aksa sempat melirik gedeg pada Rafa yang menuduhnya, padahal sudah jelas tadi dia yang tersulut emosi duluan pas Nala dikatain sama lelaki brengsek didepannya ini.
"Mulutnya ke tai La, sumpah"
"Lu, kek tai"
Elgara dan Aksa kembali adu mulut sampai hampir adu hantam kembali.
"Gue bakal panggil guru BK, kalo kalian masi ribut"
Suasana hening.
Ucapan tenang dari Qiara berhasil membuat mereka terdiam
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...