Nala menunduk saat ada pesan masuk di hpnya.
Kak Rehan : Hari ini jadi kan?
Ah iya Nala baru inget bahwa kemarin, setelah pulang dari diskusi Kak Rehan dan dia bertemu, Kak Rehan menawari Nala untuk melihat Band nya hari ini. Nala yang sudah pernah menolak itu, segen rasanya jika harus menolak lagi, jadilah dia menerima tawaran tersebut. Tak lupa juga dia sempat menawarkan pulang bersama lagi, tetapi Nala menolak dan pulang bersama Pakde.
Ia kira Rafa akan marah dengannya dan tidak mengiringi dia pulang lagi, namun ternyata Rafa tetap mengikuti Nala pulang. Tapi setelahnya Rafa langsung pulang, bahkan Nala belum mengatakan terimakasih.
Dia mengetikkan balasan untuk kakak kelasnya itu.
Nala : jadi kak
"Gayanya udah kaya orang keren, eh makanannya kuaci serebuan." ledek Iqala
Saat ini mereka sedang berjalan sepulang dari lab, tak lupa melewati depan kelas Thala. Sudah ada Thala, Yara, Ila dan Kenzo yang sedang memakan ciki-ciki snack.
"Sibuk amat lu cil!"
Thala melemparkan kulit kuaci itu ke arah Iqala, namun wanita berambut sebahu itu mengelak. Alhasil kulit itu mengenai Nala. Dengan sigap Rafa yang berada di belakangnya membersihkan pelan bahunya.
"Mainan lo kaya anak kecil Thal!" kata Rafa
"Mampus lo kena Nala"
"Sorry La, sumpah ga sengaja" Thala memegang lengan Nala.
Rafa mendelik dan menabok tangan Thala melepaskan tautan tangan mereka.
Rhea memukul bahu Thala "Ih kok kamu megang tangan Nala?!"
"Ga sengaja sayang" Thala menoleh pada Nala "sorry La..."
Nala tersenyum geli "iya, gapapa"
Nala memperhatikan lagi bajunya yang dilempar kuaci tadi.
"Bentar, masih ada" Rafa mengambil kulit kuaci itu di leher belakang telinga Nala.
"Makasih"
"Makanya ih kalo apa-apa tuh jangan langsung ngelempar-lempar gitu" Iqala meletakkan kedua tangannya di pinggang "Ini juga, jadinya kan jorok ih"
Iqala ini cerewet sekali.
"Ya kalo lo ga ngatain juga, tadi ga bakal kaya gini"
"Tau. Ganggu aja lo Qal"
"Bodo amat, pokoknya sekarang kutip semua sampah kulit kuaci kalian!"
Nala dapat melihat Kenzo tersenyum geli. Tapi beda...
Seperti, Kenzo sangat memperhatikan Iqala sekali. Bahkan tatapannya terhadap Iqala tak berhenti.
"Berisik banget si lo. Nyari peratian Gibran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...