hppy reading semua🌻
aku harap kalian sedang berada di perasaan yang bahagia🤍
Saat ini Nala berada di ruang OSIS, sedang ada rapat mengenai kegiatan sehabis UTS. Jadi Thala sebagai ketua OSIS ingin menyampaikan sesuatu mengenai persetujuan kami sebagai perwakilan kelas.
Tadi malem Nala tidur larut, karena menghabiskan serial novel Agatha Christie karena mual belajar fisika. Ntah kenapa rasanya ketika dia mulai pusing belajar fisika, rasanya langsung tenang ketika memikirkan kriminal-kriminal. Nala rasa-rasanya suka ikut menebak hal-hal misterius seperti itu.
Mata Nala sangat berat sekali pagi ini. Apalagi AC di ruangan ini, ntah mengapa di atur sedingin ini. Nala sedikit menggesekan tangannya ke tubuh, mencoba menghangatkan.
"Jadi setelah beberapa kali rapat dengan segenap OSIS, kami akan menyampaikan bahwasanya, setelah UTS yang akan berlangsung beberapa minggu lagi, akan ada kegiatan yaitu membuka bazzar. Bazzar per kelas ini temanya berbeda. Terserah kalian mau membuka apa. Boleh membuka thrifthing atau buku bekas dan lain sebagainya, nanti setelahnya, uang yang kekumpul kita akan donasikan ke yang membutuhkan..."
Mata Nala semakin berat.
Di sela-sela pembicaraan Thala, Rafa justru mendekatkan bibirnya ke arah telinga Nala.
"Kalo mau tidur, tidur aja. Gapapa" bisiknya
Nala mengangguk, dan mulai meletakkan kepalanya di atas meja, menoleh pada Rafa. Semakin hangat tubuhnya saat Rafa menyelimuti tubuhnya menggunakan almamater Rafa.
Nala suka wangi Rafa.
Tidak terlalu menyengat, dan lembut.
Apalagi ketika mereka berboncengan, jika saja Nala tidak sadar, mungkin dia sudah meletakkan kepalanya di bahu lelaki itu.
Nala menatap Rafa dari samping.
Rafa yang melihat itu menaikkan alisnya seolah bertanya 'kenapa?'
Nala menggeleng lalu tersenyum, Rafa dengan cepat mengalihkan pandangannya dan segera mengusap tengkuknya.
Hal itu yang terakhir dilihat Nala, sampai aakhirnya nafas Nala teratur. Dia tertidur.
Nala mengerjapkan matanya saat, pipinya ditoel pelan oleh Rafa.
"Udah kelar rapatnya?"
Rafa mengangguk "udah bisa berdiri?"
"Udah"
Rafa membantu Nala untuk berdiri, meski sedikit sempoyongan karna baru bangun tidur.
Sepertinya nyawanya belum ke kumpul.
Mereka berjalan keluar ruangan dengan Rafa di depan dan Nala di belakangnya. Ruangan itu sudah sepi, sepertinya Rafa lama menunggu Nala terbangun, sampai ruangan ini benar-benar tidak ada orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...