hppy reading
Setelah sampai di depan gerbang. Nala melihat Nata dan Rafa sedang berada di teras rumah. Tak sengaja beradu pandang, Nala memutuskan pandangan tersebut lebih dahulu, sebab harus membayar ojolnya tadi, dia meraih ponselnya untuk melihat berapa tagihannya. Namun hpnya itu mati total.
Sudah berapa lama?
"Berapa Pak? Hp saya mati, jadi ga bisa ngecek" Nala memberitahu
Pak Ahmad tampak mengutak-atik hpnya melihat tagihan Nala "34 ribu neng"
Tersedor uang kertas berwarna biru. Tidak, bukan Nala yang menyodorkan uang tersebut tapi Nata.
"Ambil aja kembaliannya Pak. Makasih" Nata menunduk sopan, begitupun dengan Nala.
Setelah kepergian Pak Ahmad. Nala berlalu begitu saja dari hadapan Nata yang terlihat acak-acak an, Nala ingin merebahkan tubuhnya ke kasur, lelah sedari tadi berdiri berjam-jam dan lelah menangis juga.
Dia menatap Rafa.
"Dari mana aja La?"
"Pulang Raf!" parau Nala
"Sorry gue telat jemput. Gue cariin lo-"
"Gue cape, pengen istirahat" Nala memotong ucapan Rafa dan berlalu pergi.
"Jadi Qiara gimana?"
"Gapapa, dia udah aman"
"Kalo gitu gue pulang dulu"
Nala sempat menghentikan langkahnya dan melirik ke arah mereka berdua. Dan melanjutkan saat Nata menghampirinya.
Nata menarik tangan Nala "dari mana aja lo?"
"Gue cape Nat" Nala mencoba melepaskan tarikan tangannya dari Nata.
"Gue tanya lo dari mana?" Nata mulai meninggikan suaranya.
Nala menggertak tangannya agar terlepas dari Nata "diskusi olim"
Nala berjalan menjauhi Nata yang tengah naik pitam
"LO BISA GA SI, GA EGOIS, SEKALI AJA?"
Nala yang mendengar teriakan Nata terkejut, menoleh pada Nata. "lo kenapa si Nat?"
"Kenapa lo bilang? Masi bisa lo bilang kenapa?"
Nala menghela nafas berat, ada apasi dengan kembarannya ini. Tak tahukah bahwa sedari tadi Nala tengah tidak enak moodnya.
"Kalo lo mau berantem, cari yang lain aja Nat. Gue ga minat"
Nala membalikkan badannya, melanjutkan niatnya ke kamar yang tertunda tadi.
Nata yang geram, mulai meninggikan suaranya lagi "sikap kekanak-kanakan lo kaya gini ngebuat gue kalah Nala!"
Nala lagi-lagi menghela nafas, menoleh pada Nata "kekanak-kanakan? Maksud lo apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...