Hari ini Nala memutuskan untuk tak masuk sekolah. Sepertinya ia ingin menghindari teman-temannya. Seperti Qiara, Rhea, Iqala dan Rafa.Ya, karena kejadian kemarin, mereka saling mendiamkan satu sama lain. Rafa tak mengiringnya pulang lagi. Nala tahu, lelaki itu pasti kecewa dengannya.
"Nala, itu buryamnya di makan. Jangan cuma di aduk aja"
Nala menoleh pada Papa yang saat ini berada di depannya.
"Iya pah" dia memasukkan sesuap bubur tersebut ke mulutnya.
"Kamu beneran ga mau ke sekolah?" tanya Papa "biasanya paling ga suka ada absen sehari"
Nala menggumam sebentar "bener Pah. Lagi pula ini di sekolah cuma ada bazar. Nala pengen istirahat"
"Yaudah kalau gitu. Papa pergi dulu liat proyek"
Papa bangkit mengelus surai Nala lembut.
"Nata jagain adikmu!"
Ya seperti biasa Nata yang berada di sampingnya hanya mengangguk. Membiarkan Papa beranjak menuju garasi.
"Lo bisa pergi. Gausa jagain gue. Gue bisa jaga diri." Nala bangkit dan pergi menuju kamarnya.
Belum lama membuka buku fisika di kamarnya, Nala dikagetkan dengan kehadiran kembarannya itu.
"Mau keluar ga?"
Nala melihat sebentar lalu menunduk lagi pada buku "engga"
"Ayo sepedaan"
Nala menautkan alisnya saat Nata menggenggam tangannya.
"Ayo" ajaknya lagi.
Nala bangkit dan berjalan di sampingnya, dapat ia lihat digarasi itu terdapat dua sepeda, yang kalau di hitung hitung sudah berapa tahun ya, tak ia gunakan?
Nala berdeham "kan gue ga terlalu bisa main sepeda Nat"
"Gue ajarin. Lo dari dulu pengen naik sepeda kan?"
Nala mengangguk
"Yaudah, ntar gue pegangin. Kali ini gue janji, ga bakalan ngebuat sepeda lo disita kayak sepatu roda lo"
"Bener?"
Nata mengangguk.
Nala ingat sekali dulu, ketika mereka bermain menggunakan sepatu roda, ia terjatuh saat itu. Sampailah pada akhirnya sepatu roda itu disita lalu dibuang oleh Papa.
Mereka menuntun sepeda ke tengah halaman rumah.
Dimulai dengan Nata yang mendorongnya pelan, dipegangnya erat-erat sepeda itu agar tak terjatuh.
Nala mulai menggoes sepedanya.Ketika merasa sudah sedikit lancar Nala berteriak "lepas Nat! Lepas!"
"Engga! Lo belum lancar!"
"Udah, gue udah bisa!" keukeuh Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...