haaai
balik lagi sama akuu...
jangan lupa komen kalo ada typo yaatolong diramein🙂
Dipermisiin, dibolehin masuk.
Seharusnya Nala tahu bahwa tak mungkin segampang itu, dia diperbolehkan masuk tanpa terkena hukuman. Nala lupa bahwa, ada anggota OSIS yang piket mendata siswa-siswi yang datang terlambat.
Kini Nala menyunggingkan senyum, TABAH. Menghela nafas, IKHLAS. Memegang sapu lidi dengan LEMBUT.
"Jangan lupa yang disudut sisi kolam, soalnya itu jarang dijangkau pas kebersihan"
Nala menoleh pada lelaki beraut wajah datar di depannya, dengan memaksakan senyumannya "iya Rafa"
Rafa mengangguk "gue cabut"
Setelah melihat Rafa berjalan menjauhinya, Nala mulai menyapu stiap sudut halaman, mau di barat, timur, selatan, utara, semua dijangkau Nala. Dikupulnya semua sampah dedaunan itu di tengah, ketika semua sudah terkumpul. Mata Nala mulai menelisik encari serokan, tapi tak menemukannya.
Nala menoleh ketika mendengar suara langkah dari kanan. Dia melihat Rafa yang sedang memegang serokan. Nala menengadahkan tangannya "thanks ya"
Namun alis Nala kini saling bertautan, karena ternyata Rafa malah membantunya memegang serokan.
Nala tak menyia-nyiakan bantuan itu, dia langsung menyapu sampah dedaunan itu ke dalam serokan yang dipegang Rafa. Setelah dua kali rafa berbolak balik menuangkan sampah dari serokan ke arah tempat pembakaran. Nala mulai teringat mengapa Rafa di sini.
"Kenapa balik lagi?"
Rafa menoleh "absensi kelas hari ini gaada"
"Hadir semua?"
Rafa mengangguk "udah gue absen"
"oh... makasi Raf" memang tak perlu diragukan, ketua kelas Nala ini sangat membantu, bahkan kalau diingat-ingat tugas Nala sebagai sekretaris di kelasnya banyak dibantu oleh Rafa
"Buru!"
Nala menganga kecil, dan menyapukan lagi dedaunan itu.
"5 daun lagi Raf" Rafa memundurkan serokan itu.
Nala menyapu lagi, tapi ketika serokan itu diangkat tersisa tiga daun lagi.
"Munduran lagi Raf"
Rafa menurut, dirasa sudah, dia kembali mengangkat serokan itu. Namun masih tersisa 1 daun lagi.
"Coba agak lo tungging-in dikit serokannya"
Tapi rafa tak menurut, dia malah menunduk dan mengutip 1 daun itu.
Kali ini Nala sukses menganga hebat. Mengapa dia bodoh sekali.
Setelah Rafa kembali dari tempat pembakaran sampah, Nala meletakkan sapu lidi itu di tempatnya. Nala mulai mengikuti Rafa ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Harsa
Teen FictionSetiap hati pernah berlabuh. Nala pun begitu. Tanpa berlari, sebenarnya Nala mengejar. dan tanpa pengulangan, sebenarnya dia juga mengerti untuk berhenti. Namun tetap saja, tak ada batas yang ia tetapkan. Untuk apa batas harus ditetapkan? Karena Nal...