10. Kemantapan Hati Arjuna

298 51 50
                                        

Bunda Jihan menatap Arjuna yang sedang fokus mengemudi.

Terus begitu selama beberapa menit hingga Arjuna membuka suara untuk bertanya pada sang Bunda.

"Ada apa bunda?"

"Gapapa kok"

"Juna tau sejak tadi bunda perhatiin Juna. Ada apa bund?"

"Soal Luna"

"Kenapa sama Luna?"

"Kamu suka kan sama Luna? Benerkan tebakan bunda?"

Arjuna hanya diam. Tak berniat menjawab pertanyaan sang Bunda.

"Kalau suka jujur aja, Jun. Jujur ke Luna nya langsung, biar Luna tau soal perasaan kamu"

"Juna juga gak tau bunda. Juna belum yakin sama perasaan Juna sendiri. Lagipula, Luna udah punya pacar, gak mungkin Juna masuk ke tengah-tengah hubungan mereka. Juna gak mau merusak hubungan orang lain"

"Sebenernya, lima bulan lalu Luna di jodohin sama Ben. Mereka bersama atas dasar perjodohan, bukan karena saling cinta satu sama lain. Jujur, tiga hari yang lalu bunda lihat Ben jalan sama perempuan lain dan perempuan itu anak temen bunda"

"Perempuan itu juga pacar Ben, sejak dua tahun lalu"

"Bentar bund, berarti posisinya Ben itu adalah pacar orang saat di jodohin sama Luna? Luna gak tau soal ini?", tanya Arjuna.

Bunda Jihan menggeleng.

"Enggak, Luna gak tau. Seandainya Luna tau, bunda yakin Luna gak akan terima perjodohan itu"

"Mama dan Papa Luna gimana bund? Mereka juga gak tau?"

"Sepertinya begitu, karena kalau mereka tau, mereka gak akan jodohin anak gadis mereka sama lelaki yang udah punya pacar"

"Kok si Ben Ben itu gak nolak di jodohin kalau udah punya pacar?"

"Bunda juga gak ngerti. Maka dari itu Jun, bunda pengen kamu pastiin perasaan kamu dan jujur ke Luna. Bunda pengen Luna jadi menantu bunda. Bunda pengen Luna bahagia, bunda udah sayang banget sama anak baik itu. Tentu bunda juga ingin kamu bahagia. Bunda ingin dua anak berharga yang bunda sayangi hidup bahagia bersama. Bunda yakin kamu bisa bahagiain Luna, Luna pun begitu sebaliknya. Bunda pengen Luna bersanding sama lelaki yang tepat dan menurut bunda orangnya itu adalah kamu"

Bunda Jihan terlihat menarik napas panjang kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Bunda ngerti kok, bunda gak seharusnya memaksakan kehendak bunda untuk membuat kamu dan Luna hidup bersama, tetapi jika kamu memiliki perasaan untuk Luna, bukankah lebih baik kalau kamu mencoba untuk memperjuangkan Luna? Gak ada salahnya untuk mencoba. Iyakan sayang? Kita bisa ngomong ke tante Lily dan Om Haris. Gak ada salahnya mencoba untuk memperjuangkan kebahagiaan kita sendiri. Setelah kita berusaha, kita serahkan semuanya pada yang di atas. Jika kamu dan Luna memang berjodoh, pasti akan selalu ada jalan agar kalian bisa bersama"

"Dan soal Luna, jika memang sekarang Luna belum memiliki perasaan untuk kamu, kamu bisa berusaha untuk menarik hati Luna. Bunda yakin kamu bisa membuat Luna jatuh cinta sama kamu"

Bunda Jihan menatap Arjuna dengan saksama. Melihat sang putra sulung tak juga bereaksi, sebuah ide jahil melintas di kepala bunda Jihan.

"Kalau kamu gak mau berjuang, bunda bisa bilang ke adek buat perjuangin Luna. Biar adek aja yang jadi pendamping hidup Luna dan kamu akan berakhir jadi kakak ipar Luna. Emang mau cuma jadi kakak ipar?"

Arjuna spontan mendelik tak suka.

"Bunda ngomong apa sih? Demian kan masih SMA"

"Ya gapapa, kan bisa nunggu adek selesai sekolah. Itu bukan masalah besar"

[✔]𝐋𝐮𝐧𝐚 & 𝐀𝐫𝐣𝐮𝐧𝐚 || 𝐉𝐮𝐧𝐒𝐡𝐢𝐡𝐨/𝐌𝐚𝐬𝐡𝐢𝐊𝐲𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang